![]() |
Gambar dari Sini |
Beberapa hari
yang lalu, aku sedang duduk di tepi jalan saat ide untuk menulis posting ini
melintas. Waktu itu aku sedang menunggu motorku di tempeli stiker untuk
menutupi goresan goresan halus akibat usia di sekujur badannya. Alhasil,
sekarang motorku - sebenarnya motor kantor - punya penampilan baru yang lebih
fres.
Saat itu, ditemani
buku Catatan Seorang Demonstran dan segelas es teh, satu opini yang sudah lama
aku yakini, tiba-tiba saja muncul kembali begitu saja. Opini itu adalah bahwa
sebenarnya ide itu ada di mana saja dan siap untuk dijadikan apa saja. Ya,
benar walkers, ide itu sebenarnya ada di mana saja, kapan saja. Ide itu sedang
berjalan jalan dan siap untuk kita kantongi dalam otak kita. Jadi siapa bilang
kalau mendapatkan ide itu adalah suatu yang sulit?
Contohnya saja
begini. Saat itu aku sedang duduk di jalan Genteng Kali di seberang jalan dari
Tunjungan City (Eks. Shiola). Di kanan dan kiriku berderet deret (orang-orang miskin?)
yang menjajakan jasa pemasangan stiker ke badan motor atau mobil. Disana juga
terdapar bangunan-bangunan tua yang
kurang terawat. Sebuah keadaan yang sangat kontra sekali dengan apa yang ada di
seberang jalannya. Di mana di sana berdiri dengan mengah bangunan Tunjungan
City, beberapa restoran dan beberapa gedung lain seperti gedung Cak Durasim. Kalau
kita peka, ini bisa dijadikan bahan untuk sebuah cerpen atau tulisan jenis
lain. Kita bisa membuat bapak pemasang stiker itu sebagai tokoh utamanya. Dia adalah
seorang miskin yang setiap hari berhadapan langsung dan dengan leluasanya
memandang apa yang ada di balik dinding dinding kaca Tunjungan City dan segala
kemewahan yang ditawarkan di dalamnya. Tapi tidak pernah ada satu kesempatanpun
baginya untuk masuk kesana dan menikmati setiap sarana yang disediakan. Dalam pikirnya,
untuk apa masuk ke sana kalau cuma bisa menelan ludah saat ingin ini dan itu. Ironi
yang lain adalah bahwa setiap hari dia harus memasang stiker ke badan motor
atau mobil yang bahkan mungkin tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk
memilikinya. Ironi yang menyakitkan bukan? Dimana kemewahan dan kemelaran
bersanding dengan mesrah di tengah kota yang bernama Surabaya ini. Sebuah ide,
walkers, sebuah cerita. Mungkin bisa lebih seru lagi kalau kita menambahkan
bumbu ini dan itu dalam tulisan kita itu.
Contoh lainnya
adalah ketika seorang yang terganggu jiwanya melintas di depanku. Menurutku,
dia ‘bukan orang gila biasa’. Tidak seperti kebanyakan orang gila, yang satu
ini berkulit kuning langsat dengan wajah yang bukan wajah khas orang Indonesia
asli. Aku bisa terka dia adalah seorang keturunan Tionghoa. Sangat jarang kita
melihat ada orang ketirunan Tionghoa gila yang berkeliaran di jalanan seperti
itu. Nah ini sekali lagi bisa jadi bahan cerita. Mari kita mulai berimajinasi. Bisa,
umpamanya kita gambarkan dia sebagai orang dari keluarga berada pada mulanya,
kemudian karena satu dan beberapa hal, akhirnya dia menjadi gila. Bisa kehilangan
hartanya yang melimpah, atau karena ditinggal istrinya, atau bisa saja penyebab
lainnya. Lihat, amati, rasakan, imajinasikan, dan tuliskan, maka sebuah cerita
sekali lagi akan muncul dari hal yang sederhana.
Hal lain yang
mungkin bisa diangkat untuk bahan tulisan adalah ketika ada sepasang anak muda
mudi berseragam SMP yang melintas dan berhenti tak jauh dari tempatku duduk. Dari
jauh sudah terlihat jelas wajah si cewek yang manyun dan si cowok yang ‘ngomel’
di belakangnya. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mereka. Tapi
mungkin adalah hal klise. Untuk sekali lagi, mari berimajinasi. Kali ini,
silahkan kalian berimanijasi sendiri, walkers. Imajinasikan seperti apa yang
kalian bisa. Berimajinasi itu seperti bermimpi, dan bermimpi itu mengasikkan. Kita
tidak sendang menuduh dan mencurigai atau memfitnah seeorang bukan? Maka itu,
bermimpi dan berimajinasi itu bukan sebuah dosa aku kira.
Gambar dari Sini |
Kalau masih
kurang, aku tambahkan satu bukti lagi kalau sebenarnya ide itu sedang berjalan
dalan dan ada di mana saja. Malam itu, aku sedang berada di atas kedaraan
penggendong mobil milik perusahaan tempatku bekerja. Saat itu towing (kendaraan
penggendong mobil) kami melintas di depan hotel Singgasana jalan Gunung Sari
Surabaya. Di sisi kiriku mengalir dengan tenang sungai Mas yang mengantarkan
berjuta juta kubik air ke lautan lepas. Sinar bulan yang keperakan memantul
dengan lembut di permukaanya. Pantulannya seperti ribuan kunang-kunang yang
sedang menari diatas air. Melihat itu, satu ide segar lagi-lagi muncul di
otakku. Aku berimajinasi bahwa di sana ada rumah makan yang sebagian
bangunannya mengapung di tepi sungai. Ada lampu lampu kecil yang indah yang
menghiasinya, ada perahu kecil yang mengapung kesana kemari di tengah sungai,
dan sepasang muda-mudi yang di mabuk cinta sedang asik mendayung perahu berdua.
Betapa romantisnya suasana itu, dan kembali, satu peristiwa, satu imajinasi,
satu cerita, satu tulisan tercipta. Jadi, untuk sekali lagi, siapa bilang ide
itu sulit didapatkan?
Walkers, mulai
sekarang lebih pekalah. Ubah cara pandang kita untuk bisa menangkap si ide yang
sedang berjalan jalan dan menggoda kita untuk menangkapnya untuk kemudian
menuangkannya dalam sebuah tulisan. Jadi mulai sekarang tidak ada lagi alasan
untuk berkata, “maaf, ide lagi mampet” ketika kita diminta untuk menulis.
Menulislah banyak-banyak.
Semakin banyak kita menulis, semakin baik kemampuan kita dan semakin keren
imajinasi-imajinasi yang bisa kita hasilkan. Kata pepatah : alah bisa karena
biasa.
Setuju...
BalasHapusaku sudah mulai mengumpulkan ide2 itu, dan sebagian akan dan sudah di tuangkan di Media macarita, jujur saya belajar dari kang Ridwan.
matur nuwun
semangat terus kang. mungkin bukan cuma dari saya saja kang, tapi sahabat-sahabat bloofers emang top dan inspiratif semua. aku bangga menjadi bagian dari mereka yang aktif di sana.
Hapus#plak #plak #plak
BalasHapusentah berapa kali tamparan mendarat di hati saya. baca postingan ini jadi ingin berkaca dan malu. saya malah suka memendam ide yang sudah beterbangan di otak, jadi ga bisa memilah mana yang akan saya tuangkan om. okehlah mulai hari ini lebih peka dan berimajinasi lewat tulisan. yuhuuu.. matur nuwun om :)
nah begitu seharusnya. sebenarnya kalau mau menulis setiap hari juga bisa. karena ide itu, gak pernah jauh dari kita. semangat, Irma ....
HapusIdeee.. Yup. Membiarkan ide yg melintas begitu saja. Itu yg seringkali aku lakukan. Dan ketika menemukan banyak ide, mereka malah berputar-putar dalam pikiranku tak beraturan. --"
BalasHapusEvaluasi diri.. InsyaAllah bisa lebih peka dan ide itu tertata rapi menjadi tulisan.
Trimakasih sudah diingatkan Mas Mridwan. ^_^
kalau begitu, sekarang tinggal bagaimana kita menata apa yang ada dalam otak kita bukan? aku tunggu hasilnya ya ....
HapusContoh lainnya... saya langsung dapat ide setelah membaca tulisan ini. Thanks buat imajinasinya... :)
BalasHapuswah, ini juga keren. aku tunggu karya kamu selanjutnya ya ....
Hapusqiqiqi... aku tunggu karya kamu selanjutnya...
Hapusbelum kenal kita ya mas...
hanya apakah kita bisa konek menjadikan impian itu untuk menjadi sebuah ide yang juga bisa dinikmati oleh orang lain...
BalasHapussemua tergantung kreatifitas kita untuk menjadikan satu hal yang sederhana itu menjadi semenarik mungkin ....
HapusKita cuma butuh hati, mata, telinga, otak dan selembar catatan kecil buat menangkap ide yang bersliweran :)
BalasHapusbener bunda, dan setelah itu, gak ada alasan lagi ide lagi buntu .... :)
HapusKalo aku si ide itu bisa muncul ketika aku mendengarkan sebuah lagu dan ketika topik itu sedang di bicarakan namun ide itu tak sepenuhnya sama dengan isi lagu namun kata kuncinya saja yang aku ambil.
BalasHapusNiche blog
iya, ide itu banyak kok
BalasHapussalam hangat dari Galaxi