Orang bilang, waktu itu sangat
berharga. Ada pepatah barat berkata kalau waktu itu adalah uang. Seperti juga pepatah
dari arab yang menggambarkan waktu itu semisal pedang, Yup! Pedang dan uang. Waktu
diibaratkan dengan banyak hal. Seperti kita tahu, waktu yang sudah berlalu tak
bisa di ulang lagi. Sedetikpun tidak.
Orang arab bilang waktu itu
adalah pedang. Artinya, waktu itu tergantung kita mau menggunakannya untuk apa.
Begitu kira-kira, walkers. Kalau kita mau dan bisa menggunakan waktu itu untuk
hal yang positif, semuanya akan jadi baik. Kalau kita menggunakan waktu itu
untuk hal yang negatif, maka tunggu saja sampai kita menerima akibatnya. Seperti
pedang. Mau kita buat apa pedang itu. Kalau kita gunakan untuk memotong hewan,
memotong bambu, kita bisa mendapatkan manfaat yang besar darinya. Begitupun kalau
kita menggunakan pedang itu untuk membunuh tanpa sebab yang diperbolehkan. Maka
tunggulah sampai kita mendapatkan keadilan atas apa yang kita lakukan.
Bagi orang barat, waktu itu
adalah uang. Mereka menghitung setiap detiknya dengan ukuran uang. Ini dari
kaca mata mereka, walkers. Orang-orang barat yang mengukur segala sesuatunya
dari berapa banyak materi yang mereka dapatkan. Ada pekerja yang dibayar lebih
untuk setiap waktu lembur yang mereka habiskan untuk mengerjakan pekerjaan
tambahan. Kalau kita ke warnet misal, maka setiap detik nyata dihitung dengan
ukuran berapa banyak uang yang harus kita keluarkan. Seperti juga di taksi atau
saat kita menyewa barang yang dihitung
bianyanya berdasarkan baerapa lama waktu yang kita habiskan bersama barang itu.
Nyata sekali bukan kalau waktu itu sesuatu yang berharga?
Orang kita bilang, penyesalan tak
ada gunanya. Itu artinya, apa yang sudah kita lakukan, dan ternyata itu adalah
kesalahan, maka tak ada lagi waktu yang bisa kita putar untuk bisa kembali kemasa lalu untuk memperbaikinya. Tak juga
sedetikpun. Nyata sekali, walkers, kalau waktu itu sesuatu yang sangat
berharga. Dimanapun dan kapanpun semua bangsa setuju akan hal itu. Pertanyaannya
adalah, seberapa mahal sebenarnya harga waktu itu? Yuk mari kita bahas disini.
Kasus pertama yang bisa kita
ambil sebagai telaah untuk bisa tahu seberapa mahal harga waktu itu, aku
ceritakan pada kalian tentang pak Pung (bukan nama sebenarnya). Pagi tiu, pak Pung
diminta oleh bosnya untuk mengantarkan kunci mobil temannya yang secara
kebetulan terbawa ke dalam tas si bos. Teman si bos itu tinggal di Surabaya,
sedangkan si bos sendiri tinggal di Jakarta. Sewaktu si bos berkunjung ke Surabaya,
secara tak sengaja dia lupa untuk mengembalikan kunci mobil berikut STNK yang
si bos pinjam dari temannya. Singkat cerita, berangkatlah pak Pung ke Surabaya
dengan mengendarai mobil si bos dari Jakarta. Tak di sangka, di jalan, saaat
pak Pung sedang beristirahat di sebuah rumah makan yang lumayan besar, kunci
yang harusnya dia antarkan ke Surabaya raib bersama tas tempat di mana kunci
itu ditempakan. Malangnya lagi, pak Pung tidak ingat di mana terakhir dia
memegang kunci itu. Apa benar kunci dan tasnya itu hilang dirumah makan, atau
di toilet sebuah SPBU, atukah di warung pinggir jalan tempat dia membeli rokok?
Pak Pung tak ingat sama sekali. Akibat keteledoran ini, pak Pung di jatuhi
sangsi oleh si bos untuk mengganti kunci yang hilang itu. Kalian tahu berapa
harga kunci yang hilang itu, walkers? Perkunci harganya 6,5jt. Sedangkan kunci
yang hilang sebanyak dua buah. Berarti minimal pak Pung harus mengeluarkan uang
sebesar 13juta rupiah untuk mengganti kunci yang hilang itu. Kunci mobil apa
semahal itu? Kalau walkers mau tahu, itu adalah kunci mobil Mercedes Benz
s-class. Pak Pung menyesal. Andai waktu bisa di kembalikan, maka dia tak akan
membuat kelalaian itu dan dia tidak akan kehilangan 13 juta rupiah yang harus
dia banyar dengan susah payah.
Lain lagi dengan yang dialami pak
Yus. Sewaktu dia mengemudikan mobilnya di jalur pantura jawa, dia harus
kehilangan uang 40 juta rupiah. Apa yang terjadi? Malam itu pak Yus berencana
pulang ke semarang. Tak di sangka, di salah satu ruas jalan pantura mobil yang
dia kemudikan menabrak mobil yang tengah akan putar balik di depannya. Menurut pengakuan
pak Yus, saat itu dia sedang mengantuk. Andai saja dia punya satu detik saja
kesempatan untuk menginjak pedal rem, kecelakaan itu tak akan pernah terjadi. Waktu
satu detik di mana pak Yus hilang kesadaran karena mengantuk itu harus dia
bayar dengan 40 juta rupiah perbaikan mobil yang dia tabrak. Belum lagi biaya
yang harus dia keluarkan untuk memperbaiki mobilnya sendiri.
Terakhir adalah kisah pak Muali. Suatu
hari, saat dia akan menjemput istrinya yang sedang berada di rumah mertuanya,
tanpa sengaja dia mengalami kecelakaan motor tunggal. Menurut saksi mata yang
ada di lokasi, katanya pak Muali berusaha menghindari orang tua yang sedang
melintas jalan. Dalam keadaan kurang fit, pak Muali terlambat untuk menghindar.
Pilihan yang dia punya dalam detik-detik terakhir itu benar-benar seperti buah
simala kama. Menabrak orang di depannya, banting stir atau menarik tuas rem
cakram. Semua berakibat fatal. Kalau dia menabrak orang di depannya,
kemungkinan untuk jatuh korban makin banyak. Mungkin saja dia tidak mengalami
luka yang cukup serius dari pada harus memilih dua pilihan yang lain, tapi
urusan akan makin panjang. Pertanggungjawaban semakin berat. Kalau dia memilih
banting stir atau menarik tuas rem cakram, kemungkinan menabrak orang di
depannya akan kecil, tapi akan berakibat fatal untuk dia. Tak banyak waktu, tak
banyak pilihan, pak Muali memilih opsi terakhir. Dia menarik tuas rem cakram
kuat-kuat. Detik itu juga pak Muali terpental, membentur aspal dan kehilangan
kesadaran untuk selamanya. Dia mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan
orang tua yang renta itu.
Tujuh bulan lamanya dia harus
dirawat, antara sadar dan koma bergantian dia alami. Puluhan juta uang
dihamburkan untuk kesembuhannya. Kabar terakhir, sudah menembus angka ratusan
juta yang harus di keluarkan keluarganya untuk biaya pengobatan. Setelah tujuh
kali operasi pada tulang tengkoraknya ditambah dua operasi pada bagian
perutnya, pak Muali tak tertolong. Satu detik terakhir dia mengambil keputusan
berhaga ratusan juga dan nyawanya. Andai saja waktu bisa diulang….
Ya, andai saja waktu bisa
diulang, apa yang akan kalian lakukan, walkers? Berapa banyak yang bisa kalian
perbaiki? Berapa uang yang bisa kalian hemat? Sayangnya, sedetikpun waktu tak
bisa diulang, dan sekarang setelah merenung, mungkin kita menjari tahu, berapa
harga satu detik waktu kita yang terbuang itu. Mahal sekali, bukan? Maka itu,
mari kita gunakan waktu kita sebaik-baiknya mulai detik ini.
sumber gambar 1
sumber gambar 2