Pernahkah walkers
menjadi teman yang pedas? Atau punya teman yang pedas? Atau ada yang tahu gak
lirik lagu Friend or Foe-nya Tatu? Lagu yang sangat terkenal karena penyanyinya
yang fenomenal, iramanya yang enak di dengar dan juga isi liriknya yang ‘kita
banget’ itu?
Di dalam lagu
ini dipertanyakan tentang kedudukan seseorang bagi teman dekatnya. Apakah dia
benar-benar teman atau malah dia seorang musuh? Are you friend or foe? Dalam satu
liriknya dituliskan, We used to love one another, Give to each other, Lie under
covers so, are you friend or foe, Love one another, Live for each other, So,
are you friend or foe, Cause I used to know.
Ok walkers, itu
tadi sekilas masalah Tatu dan temannya yang gak jelas. Sekarang kita kembali
kepada judul tulisan ini, teman pedas. Apa maksudku menggangkat judul ini? Sebenarnya
juga masih gak jauh-jauh amat sama lagunya Tatu itu. Tapi bedanya, yang aku
maksud di sini adalah teman yang bagaimana sebenarnya yang bisa kita sebut
teman?
Banyak definisi
mungkin buat walkers di sini apa itu sebenarnya teman sejati, sahabat jiwa. Banyak
pula pepatah dan ungkapan yang berusaha menggambarkan definisi teman sejati
ini. Misal sebut saja, “ketika kamu berhasil, temanmu akan tahu siapa dirimu,
tapi ketika kamu gagal, kamu akan tahu siapa temanmu.” Atau ungkapan lain yang
selama ini sangat aku gemari, “kebahagiaan mendatangkan teman, tapi kesedihan akan
menunjukkan siapa teman kita sebenarnya.”
Masih ada sisi
lain sebenarnya menurutku siapa teman sejati itu sebenarnya. Salah satunya
adalah bukan orang yang “yes-man”. Seorang teman yang yes-man menurutku
sebenarnya bukan orang yang patut kita jadikan teman dekat. Dia akan selalu
berkata “ya” untuk setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil. Tidak pernah
perduli apakah keputusan yang kita ambil itu benar atau salah, dia akan selalu
mendukung kita asalkan kita senang.
Kalau dipikir
secara sekilas, sepertinya teman seperti ini adalah teman yang asik, yang ada
selalu untuk mendukung kita. Tapi coba kita telaah lebih jauh tentang teman
macam ini. Karena sifatnya yang selalu ingin membiarkan kita bahagia, teman
macam ini justru patut dicurigai. Apa motifasi dia berteman dengan kita? Apakah
sebuah ketulusan? Atau hanya ada maksud tertentu di balik itu? Bisa jadi kita
adalah orang yang lebih dari beberapa teman kita. Kelebihan yang kita miliki
itu, misal dalam hal kepandaian, harta, atau semacamnya bisa menjadi daya tarik
kita untuk punya banyak teman. Ingat, kebahagiaan (dalam hal ini juga kelebihan
pribadi) membuat banyak teman, bukan?
Dari maksud
tersembunyi itu bisa menjadi motifasi buat dia untuk berteman dengan kita dan
mendukung semua tindakan kita. Dia mungkin saja akan mendukung kita walaupun
yang kita lalukan itu salah. Misalnya, saat kita frustasi dan memutuskan untuk
mencoba narkoba, dia justru mendukung. Atau saat kita sedang membutuhkan
sesuatu dan kita nekad mencuri untuk mendapatkan barang yang kita butuhkan itu,
dia juga mendukung. Atau juga hal kecil yang jarang kita sadari. Contohnya,
saat kita membenci sesuatu atau seseorang tanpa alasan yang jelas, dia juga
mendukung. Lalu apa jadinya kita? Kita akan semakin membenci lebih dalam pada
hal yang kita benci itu. Padahal, bisa jadi kebencian kita itu tidak beralasan
sama sekali. Contoh yang lain adalah, karena kita tidak bisa mengendalikan hawa
nafsu kita, kita jatuh pada liang perzinaan, naudzubillah. Teman dengan tipe ‘yes-man’
ini akan tetap memandang apa yang kita lakukan itu sebagai tindakan yang benar.
Yah…, asal kita senang saja. Apakah itu teman yang layak buat kita?
Menurutku,
walkers, bukan teman yang seperti itu yang kita butuhkan. Sekali lagi bukan.
Orang semacam itu hanya untuk kita kenal saja, bukan untuk kita jadikan teman
apalagi seorang sahabat. Jauh –jauh deh rasanya.
Teman yang kita
butuhkan, sahabat yang kita perlukan sebenarnya adalah sahabat yang pedas. Dia yang
mampu berkata ‘tidak’ untuk setiap hal buruk yang kita lakukan. Dia yang mampu
memberi kita masukan untuk setiap tindakan yang kita ambil. Seorang sahabat
yang baik adalah sahabat yang mampu mengkritik kita dan mampu menyadarkan kita
dari jalan ‘nikmat tapi sesat’ yang kita pilih. Dia seorang teman yang pedas
mungkin bagi kita. Tapi ingatlah, dibalik rasa pedasnya, justru dia bisa mampu
mendukung langkah kita untuk menjadi lebih baik. Kalau ada yang suka film Harry
Poter, pasti tahu kalau di salah satu film Dombledore pernah memberikan skor
tambahan untuk asrama Harry karena tindakan teman semacam ini. Ucapannya yang
sampai sekarang kadang masih terngiang adalah “butuh banyak keberanian untuk
menghadapai musuh, tapi butuh lebih banyak lagi keberanian untuk menghadapi
teman yang akan berbuat salah”
Nah, walkers,
jadi sekarang silahkan renungkan, apakah seorang ‘yes-man’ atau teman yang
pedas yang kita butuhkan untuk menjadi seorang sahabat? Putuskan juga, kepada
siapa kita akan menjadi teman yang pedas dan menjadi sahabatnya selamanya. Pikirkan
juga, apakah kita akan menjadi seorang ‘yes-man’ dan siap untuk mendapat
julukan ‘si penjilat’ untuk teman teman kita. Keputusan ada di tangan kita,
walkers.
Yap, walaupun
nantinya kita memutuskan untuk berteman dengan teman yang pedas ini, atau kita
sendiri yang berusaha menjadi teman yang pedas itu, jangan lupa satu hal :
persahabatan itu abadi bila masih ada ruang pribadi antara keduanya. Kapan-kapan
kita bahas tentang ini juga, Ok?
“ Jadilah seorang
‘yes-man’ dan jangan pernah sebut aku sahabatmu. “
sumber gambar dari sini