Minggu, 24 November 2013

Dia yang Sangat Merindukanmu

Pernahkah kita menyadari kalau kadang kita itu egois?

Pernahkah kita sadar kalau jauh di sana ada orang yang benar-benar tulus merindukan kita? Dia yang merindukan kita itu, terkadang hanya butuh mendengar suara kita untuk mengobati kerinduannya. Ya, walau tanpa percakapan panjang, hanya dengan kalimat “Aku baik baik saja.” Dia sudah puas. Terkadang kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang dia rasakan.

Walkers, dibawah ini adalah petikan percakapan tiga orang lewat BBM. Aku share disini, mungkin bisa jadi pelajaran untuk kita semua. Nama orang-orang yang terlibat serta id BBM di samarkan untuk menjaga privasi. Percakapan sengaja tidak diedit, sengaja dibiarkan banyak kesalahan ketiknya untuk menunjukkan keasliannya.


P:  Bunda

EMAK: Knp?

P: Udah berapa kali ibu minta ditelepon
P: Tapi aku gak telepom
P: Telepon

PICT : Telpom donk

EMAK: Kenapaa?

P: Kalau denger suaranya

PICT : Aq aja sering Nelpom

P: Kadang aku sering nyesek
P: Pengen pulang

PICT : ({})
PICT : Ooo

EMAK: Telpon lah mas. Membahagiakaan org tua dgn cara yg beliau inginkan.
EMAK: Bkn dgn yg kita pikirkan
EMAK: Akan lbh tepat dan mengena dihatinya

PICT : Oyi

P: :|
P: Aku egois ya bund

PICT : Ayoo telpon

EMAK: Kayaknya dl kita pernah ngobrol juga ya, bahwa org tua tidak mengharapkan materi sbg wujud perhatian anak.
EMAK: Was2 berjauhan
EMAK: Ingin yaakinkan diri bhw anaknya baik2 saja
EMAK: Butuh perhatian walau sekedar disapa apa kabar

P: Hhhhhh...

EMAK: Jarak, sll membutuhkan komunikasi intens
EMAK: Spt kalau kita berjauhan dgn kekasih, pasti ingin sll keep in touch
EMAK: Sama aja dgn ortu
EMAK: Jgn smp salah paham
EMAK: Tdk tlp nanti malah dikira tdk rindu/ tdk perduli
EMAK: Sbg bunda, aku suka kalau anakku bilang, kangen bunda
EMAK: Dulu, mas Yok juga suka gitu
EMAK: Ibuku protes
EMAK: Mas yok jawab, kalau masyok ga telp berarti mas yok baik2 aja
EMAK: Trus ibu blg, apa ibu nggak boleh dengar berita kamu baik2 aja? Apa hrs saat kamu punya mslh br ibu tau?

PICT : Ooo

EMAK: Hihihi
EMAK: Bawel ya mak ini

PICT : Ah ga

EMAK: Asik

PICT : Udah kakak telpon gih
PICT : Kalau nangis terus bobok yaa
PICT : Jangan lupa cuci kaki

P: Pernah ibu minta aku telepon

EMAK: Kalau nangis dengerin fatin dulu biar puas dl nangisnya :@
EMAK: :p

P: Di sms adik bilang penting
P: Waktu aku telepon dan tanya ada apa
P: Ibu cuma bilang
P: "Cuma ingin denger suaranya"
P: "Gimana kabarnya di sana?"

PICT : Itu artinya jarang banget telepon

P: Waktu aku bilang aku baik baik saja

PICT : Aq hampir tiap minggu
PICT : Ato semau ku

P: Ibu bilang, sudah tutup teleponnya kalau sibuk, ibu cuma pengen denger suaranya
P: Gimana gak mau tersentuh coba...
P: Bersukur tole bisa ada kesempatan telepon
P: Aku bukan gak punya kesempatan telepon
P: Cuma ya itu tadi
P: Kalau sudah telepon pengennya pulang

EMAK: Home sick nya jgn dipelihara ah
EMAK: Apalagi jd bikin takut tlp ibu
EMAK: Tlp aja, kalau jd sedih ya hibur hati
EMAK: Kapan lagi nyenengin org tua
EMAK: Baru menahan rindu aja udah terasa berat, bayangkan dgn apa yg dirasakan ibu.
EMAK: Come ooon...

P: Ya mak
P: Makasih ya mak....

EMAK: Kalau yg begini hrs dikerasin nih

PICT : Udah berubah mak ga bund

EMAK: Tak jewer aja kalo ga nelpon

PICT : Udah oke

P: :)

EMAK: Opo sih berubah mak ga bund?

PICT : Hahaha

P: Hanya wanita yang bisa memahami wanita, hanya dengan hati seorang ibu kita tahu apa yang ssorang ibu mau...
P: Sekali lai makasih mak





Walkers, sudahkah telepon ibu hari ini?
Beliu pasti sedang merindukanmu.
 


Sumber gambar dari sini




READ MORE - Dia yang Sangat Merindukanmu

Senin, 04 November 2013

Inilah Suka Duka Kami, Para Pekerja Jasa Lewat Tengah Malam



Sudah tengah malam ketika aku menuliskan posting ini, walkers. Tengah malam begini aku masih terjaga, dan memang harusnya aku terjaga. Pekerjaanku menuntut untuk bisa melek sepanjang malam. Dulu, aku pernah mendengar selentingan pendapat yang sudah menjadi kesepakatan umum. Seperti kesepakatan umum lain, yang mana seringnya mereka sebut adat, sopan santun, melekat pada suatu masyarakat seperti melekatnya kancing pada baju. Kemana harus dibawa dan dijaga oleh anggotanya. Kalau sampai menanggalkannya, berbagai sanksi adat yang akan diterima si pembangkang.

Perkerja malam sering identik dengan hal yang tabu. Penjaja tubuh di tengah malam bisa ditemukan dengan mudah di berbagai kota di negeri ini. Kalau kalian pernah berkunjung ke Jakarta atau Surabaya dan berkesempatan untuk berjalan jalan di malam hari, kalian akan dengan mudah menemukan mereka yang menjajakan diri sepanjang malam pada tempat tertentu. Mau tubuh pria atau wanita, kalian tinggal pilih. Mau bentuk yang bagaimana, kalian bisa pesan. Atau lewat media komunikasi yang canggih zaman ini, pilihan dapat kalian perluas.

Aku juga termasuk salah satu pekerja malam itu. Setelah sebelumnya, aku berprofesi sebagai pria panggilan. Pekerjaan malamku ini berbeda dengan apa yang kalian bayangkan sebelumnya mungkin. Aku tidak menjajakan tubuh. Pastinya. Aku menawarkan jasa yang lain. Jasa gendong menggendong.

Kalian yang butuh jasa untuk menggendong mobil kalian yang mogok, bisa menghubungi aku. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu perusahaan tempatku bekerja beroprasi. Jadi hilangkan bayangan negatif tentang diriku tadi, dan mulailah berfikir waras tentang diriku.

Seperti pekerjaan yang lain, pekerjaan yang aku geluti sekarang ini juga punya bagian yang menyenangkan juga bagian yang menyebalkan. Yah, hidup ini seimbang, walkers. Kalau kalian hanya mau bagian senangnya saja, seperti mau gajian saja tanpa mau bekerja, itu namanya bukan hidup. Kita hidup karena kita punya hal yang harus kita selesaikan. Kita hidup karena kita punya masalah buruk yang harus kita nikmati untuk menyadari keindahannya.

Kalau kalian bertanya apa dukanya pekerjaanku ini, aku mungkin akan menjawab banyak. Oya,kalau kalian mau tahu apa sebenarnya pekerjaanku sebelum aku bercerita lebih banyak lagi,  bolehlah aku beri bocorannya sekarang. Aku bekerja pada suatu perusahaan towing sebagai operator. Towing adalah kendaraan pengangkut kendaraan lain. Kendaraan yang diangkut bisa dalam berbagai kondisi. Baik mobil yang baru sampai mobil yang mengalami kecelakaan. Kebetulan, perusahaan tempatku bekerja mengkhususkan diri pada singgle towing. Yang mana maksudnya, satu kendaraan untuk menggendong satu kendaraan. Jenis towing yang lain, adalah kendaraan yang mengangkut lebih dari satu kendaaran lain diatasnya. Kalian yang tinggal di kota besar atau sepanjang pantura pasti sering melihat kendaraan semacam ini modar mandir.

Selama di Jakarta aku bertugas sebagai operator malam. Yang artinya, aku bertugas sebagai penerima order untuk malam hari. Pelanggan yang membutuhkan jasa towing, akan menghubungiku melalui nomor hotline yang tersedia. Jika terjadi kesepakatan, maka aku akan menugaskan petugas lapangan (sopir, kernet dan satu unit mobil towing) untuk mengeksekusi pesanan yang masuk.

Beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan dalam profesiku ini diantaranya adalah aku harus bergadang nyaris tiap malam. Tugasku mengharuskan aku mengabaikan peringatan yang dilontarkan bang haji Roma Irama untuk tidak begadang bila tak ada perlunya (*** menyanyi dimulai… ). Namanya juga operator malam, jadi tugasnya ya malam. Kalau siang? Ya ganti oranglah, aku juga butuh istirahat bukan? <nyengir kuda>

Hal yang tidak menyenangkan yang lain adalah bila kami mendapatkan pelanggan yang sedang kebingungan di tengah jalan gara gara mobilnya mogok. Apalagi kalau itu seorang wanita. Bukan karena kami tidak suka melayani wanita malam hari, dengan senang hati akan kami layani (singkirkan pikiran kotor itu). Pelanggan yang sedang mogok mobilnya di jalan tengah malam, biasanya ingin dibantu secepatnya. Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan setiap saat. Ada berbagai hal yang bisa menghambat kami untuk bisa membantu dalam hitungan waktu yang sesingkat seingatnya.

Kemacetan, apa lagi di Jakarta, jalan yang rusak, cuaca yang tak bersahabat, dan jarak tempuh yang jauh bisa menjadi alasan utama mengapa kami tidak bisa datang secepatnya. Kami memiliki banyak armada, tapi tentu saja tidak sebanyak taksi yang menyebar dimana mana dengan berbagai merk dagang (abaikan bila ini termasuk lebaynisasi). Pelanggan yang tidak bisa kami bantu secepatnya biasanya akan terpancing emosinya. Hal ini bisa aku pahami. Keadaan bingung dipinggir jalan, kecemasan akan status kendaraan kesayangannya yang sedang tidak sehat bisa jadi pemicu yang paling mendominasi. Kekesalan ini bisa jadi dilampiaskan pada kami yang tidak bisa membantu sesuai harapan mereka. Terdengar tidak adil mungkin, tapi itulah kenyataannya. Sebagai operator yang berhubungan langsung dengan pelanggan, hanya kesabaran yang bisa jadi bentengnya.

Pergolakan hati lain yang dialami operator malam adalah masalah profesionalisme dari kru malam yang sedang bertugas. Ada kalanya pesanan towing sepi sejak sore, tapi tiba tiba banyak permintaan lewat tengah malam. Bukan hanya sekali dua kali, ini sudah kejadian yang wajar. Dalam keadaan seperti ini, kami biasanya sudah lelap tidur saat ada panggilan lewat tengah malam ini. Sebagai lelaki panggilan yang setia pada panggilan tugasnya, mau tidak mau kami harus bangun. Pelayanan terbaik untuk pelanggan, dimanapun, kapanpun harus tetap menjadi yang utama. 

Kadang ada rasa kasihan juga saat membangunkan mereka bahkan sebelum ayam berkokok. Disaat tidur pulas dengan wajahnya yang letih, aku harus membangunkan mereka. Sebagai sesama manusia, aku mengerti saat saat seperti ini mereka tidak ingin di ganggu. Kenikmatan tidur adalah salah satu hal yang tak ingin direnggut begitu saja. Tapi kembali lagi, tugas mengharuskan kami begini.

Itu mungkin sebagian dari hal yang kurang menyenangkan dalam tugas kami. masih banyak yang lain, mungkin suatu saat kalau ada kesempatan lagi, bisa kita bahas lagi, walkers.

Seperti yang aku bilang tadi, selain hal yang menyenangkan, ada yang hal hal yang membuat semua kekurang nyamanan itu terbayarkan. Salah satu diantarnya, adalah kesempatan untuk travelling. Perusahaan towing tempatku bekerja saat ini juga melayani pengantaran mobil antar kota bahkan antar pulau. Disinilah jiwa petualangku terpuaskan. Sering kali aku ditugaskan untuk mendampingi kru yang bertugas keluar kota. Tugas keluar kota berarti perjalanan jauh. 

Sebernarnya tergantung masih masing pribadi menanggapinya bagaimana. Perjalanan yang kami lakukan bisa jadi membosankan, bisa jadi menyenangkan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.. perjalanan tugas luar kotaku tidak seperti kebanyakan tugas luar kota yang dijalani kalian, walkers. Kalau kalian bisa menuju kota tujuan dengan bus, pesawat terbang, kapal laut, atau kereta api, aku malah harus menempuhnya menggunakan truk.

Perjalanan Jakarta – Surabaya bisa memakan waktu sampai dua hari lamanya. Jakarta – bali bisa tiga sampai empat hari. Lama ya? Hal ini karena truk tidak bisa bergerak secepat kendaraan pribadi. Truk tidak dibuat seperti bus. Kalau bus, mesinnya dibuat untuk menggerakkan kendaraan tersebut agar bisa bergerak secepat mungkin, sedangkan truk dibuat untuk bisa mengangkut muatan sebanyak mungkin. Jelas bedanya. Satu untuk kecepatan, satu untuk tenaga.

Hal menyenangkan lainnya adalah saat kami melihat wajah puas dari para pelanggan kami. Wajah yang penuh sukur karena apa yang kami perbuat dengan izin Yang Maha Kuasa. Rasa lelah karena harus bekerja di jam tidur, rasanya terbayarkan sudah. Tak ada yang lebih aku sukai daripada senyum tulus yang tersungging di bibir pelanggan kami. mungkin memang sudah kodrat manusia untuk ikut bahagia melihat orang lain bahagia. Apa lagi, itu karena perbuatan baiknya sendiri.

Aku sampai pernah berfikir, kalau menurut Dia Yang Maha Adil upah yang kami dapatkan dalam pekerjaan ini masih jauh dari seharusnya kami dapat, biarlah Yang Maha Kuasa yang menggantikannya dengan pahala. Untuk itulah kami selalu berusaha ikhlas, bagaimanapun keadaan mobil yang akan kami hadapi nanti.


Walkers. Sebenarnya hidup itu indah. Tergantung bagaimana kita memaknainya saja.



READ MORE - Inilah Suka Duka Kami, Para Pekerja Jasa Lewat Tengah Malam

Senin, 28 Oktober 2013

Menanti Sebuah Kisah

.
.
;
.
Kisah yang sampai sekarang masih jadi misteri buat diri ini
Kisah yang akan mengukir sejarah dalam hidup ini

Jangan patahkan sayap sayap cintamu
Biarlah dia mengembang
Mengepak diudara yang segersang sahara
Mengalir dimana bahkan air tak mampu merayap
Mesat ngapung luhur jauh di awang2
Biarkan dia menerpa wajahmu
Bersama pasir lembut yang diterbangkan angin sahara...

Wahai kisanak sudikan kau menjadi saksi akan kisahku?
Saksi?
Akan kusaksikan kisahmu
Seperti aku bersumpah pada bintang
Bahwa aku melihat keling matanya diantara mereka
Berkelip indah dihati yang gersang menanti kisah

Kisah oh kisah...
Akankah dia datang merayap dalam mimpiku yang gelisah malam ini....

Kan ku genggam bintang itu kan ku berikan pada kisah yang terpatri dalam hati ini
Menyinari gelapnya akan penantian kisah ini

Hingga malam hilang
Dan sinar mentari pagi
Menjadikan wujudmu nyata
Terbaring lembut dijiwaku
Jiwa jiwa yang kesepian akan kasih sayang
Berlari ke utara dan juga selatan
Wahai kisah kapankah kau datang





Puisi yang ditulis spontan oleh kami bertiga
Merah oleh kang Topics
Biru oleh Bunda Lahfy
Abu abu oleh saya sediri
READ MORE - Menanti Sebuah Kisah

Kamis, 24 Oktober 2013

I-1 : Hari Pertama Aku Dipandang Sebelah Mata



“Mereka merebahkanku di UKS itu sewaktu aku sudah bisa mengendalikan tubuhku lagi. Aku capek, Rid, capek sekali. Seperti aku sudah berlari beberapa kilo pagi itu.
Ah…, sudahlah. Kadang berat harus mengenang semua lagi dari awal. Bisakah kita berhenti?”

“Berhenti? “ tanyaku. “ Setelah sejauh ini?”

i-1 memandangku dalam-dalam, seolah mencari titik keseriusan dalam diriku. Kesunyian turun, mengisi ruang diantara kami. Desahan nafas kami tedengar jelas di udara yang kering, sementara senja mulai turun di kaki cakrawala.

“Kalau begitu aku akan menuliskannya sendiri.” Ujarnya. Tiba tiba dan spontan. Sekarang aku yang memandang kedalam matanya yang cekung. “Aku serius!” katanya lagi. “Kamu boleh mengeditnya dulu sebelum kamu posting di blogmu.”

Ada binar senang yang aku rasakan. Harapan untuk bisa berkisah tentang dia sampai tuntas sepertinya menemukan titik terangnya.

***

gambar dari sini


Namaku sebenarnya bukan nama yang tertulis di sini. Tapi si pemilik blog ini, teman baikku, memberiku nama itu. I-1, dibaca aiwan, bukan I satu. Nama itu dekat dengan namaku yang sebenarnya. Nama yang aku dapat ketika dia memaksa untuk menulis kisahku ini.

Semalam tadi aku sudah berusaha sebenarnya untuk menulis sebaik mungkin apa yang aku alami, tapi sepertinya aku memang bukan orang yang ahli dalam bidang ini. Maka itu hari ini aku datang pada pemilik blog ini, berbicara padanya dan memintanya mengetikkan semua kata yang aku ucapkan. Dia lebih tahu pastinya apa yang harus dia tuliskan. Oleh karena itu, sejak posting ini, aku menggunakan kata ‘aku’ untuk mendiskripsikan diriku sendiri.

Walkers, siang itu aku tak dibiarkan sendiri merenung di ruang UKS. Ada seorang guru yang menemaniku. Pak guru ini, mengajar bahasa Indonesia. Kalau kamu pernah duduk di bangku sekolah, pastinya kamu tahu, kalau guru yang belum sepenuhnya kita kenal, kita akan memanggilnya bukan dengan namanya yang sebenarnya, tapi dengan nama mata pelajaran yang dia ajarkan. Maka itu, walkers, kita sebut saja guru ini dengan bapak bahasa Indonesia, atau pak bahasa kelas tiga, karena dia mengajar bahasa Indonesia untuk kelas tiga.

Pak bahasa kelas tiga itu menemaniku berbincang bincang. Cukup lama. Dia berspekulasi tentang apa yang baru saja aku alami. Menurut beliau, yang sedikit banyak tahu tentang dunia supranatural, apa yang aku alami baru saja itu cukup aneh. Beliau ingin mendiskripsikan ini sebagai kesurupan, tapi janggalnya, mengapa aku bisa pulih dengan cepat tanpa bantuan siapapun, tanpa diusir dia yang bersemayam dalam badanku. Dalam kasus kesurupan, seharusnya mereka yang menempati diri kita, tidak akan pergi tanpa dipaksa untuk berehenti.

Kalau ini tidak didefinisikan sebagai kesurupan, lalu apa? Sepertinya tidak ada penjelasan logis yang bisa menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Pembicaraan kami berakhir saat bel tanda pergantian pelajaran berdentang. Pak bahasa kelas tiga mengizinkan aku untuk kembali ke dalam kelas.

Setelahnya aku mengikuti pelajaran sebagaimana biasanya. Tak ada yang berubah. Semua berjalan seolah hari itu tak pernah terjadi apapun. Hanya dalam pikiranku, aku belum bisa mencerna apa yang terjadi pagi itu.

Walau begitu, kabar sudah terlanjur menyebar. Kabar tentang aku yang kesurupan waktu itu sudah merebak ke seluruh siswa di sekolah. Mereka yang bertemu denganku di lorong-lorong sekolah memandangku dengan pandangan yang aneh. Beberapa malah menghindar, seolah apa yang aku alami tadi adalah penyakit yang bisa menular memalui udara. Aku belum bisa menerima keadaan yang berubah drastis itu. Ada penolakan yang terjadi dalam diriku. Aku merasa sakit hati diperlakukan begitu, sebuah perasaan protes yang tersirat pelan, tapi pada entah siapa aku bisa mengungkapkannya.

Siang saat aku sedang menunggu Rai, teman yang selalu memberi tumpangan padaku saat pulang sekolah, pikiranku masih belum juga bebas dari apa yang terjadi pagi itu. Dari apa yang terjadi sepanjang pagi sampai siang itu. Rasa sakit dan belum bisa menerima keadaan ini masih saja menggantung di dadaku. Perlahan ada marah yang tersulut. Semacam api yang tumbuh dengan perlahan, hangat dan siap membakar.

Siang itu aku memanjatkan doa dalam dudukku dengan sepenuh hati tanpa ada yang tahu, kecuali aku dan Dia Yang Maha Tahu. Dalam hati yang terdalam, aku berseru,


“Tuhan, aku tak mau ini terjadi hanya pada diriku sendiri, semua ini tak adil,
Aku mau yang lain juga merasakan apa yang aku rasakan,
Agar mereka tak lagi memandangku sebelah mata.”


Tak disangka, satu bulan kemudian, doaku terkabul. Saat itu, bukan hanya aku, seisi sekolahpun menjerit histeris!


Bersambung-à








READ MORE - I-1 : Hari Pertama Aku Dipandang Sebelah Mata

Senin, 21 Oktober 2013

Ekskul : Bunuh Mereka yang Membulimu!



Keren!

Itu kata yang aku teriakkan saat selesai menonton film ini. Ekskul. Sebenarnya ini film lama. Diproduksi tahun 2006 dan sempat menjadi pemenang dalam piala Citra FFI. Tapi sayangnya, satu tahun kemudian, kemenangan untuk film ini dibatalkan. Sebenarnya sedih juga saat tahu film sebagus ini harus dibatalkan kemenangannya. Tapi, semua itu pasti dengan alasan yang kuat.

Terlepas dari dibatalkannya film ini sebagai pemenang piala Citra, film ini tetap keren kok. Pembatalannya itu juga bukan karena kualitas film ini yang kemudian ternyata kalah dengan film yang lain di tahun itu, tapi lebih karena pelanggaran hak cipta yang dilakukan pembuatnya.



Ekskul bercerita tentang seorang anak SMA bernama Josua (Ramon Y. Tungka) yang kerap kali menjadi korban buli teman teman SMA-nya. Proses bulying yang sering kita lihat atau dengar digambarkan dengan apik dalam film ini. Josua sempat digantung di pagar sekolah, ‘dicelupkan’ kedalam toilet sekolah, sampai dihajar trio berandal sekolah itu. Selama proses itu, tak ada satupun yang menolongnya. Hampir semua orang menertawakannya, kecuali beberapa orang teman dekatnya, dan seorang cewek yang menjadi pacar dari pimpinan trio berandal itu.

Kepala sekolah juga tidak memihak kepadanya. Begitu juga psikiater yang dipercaya untuk merawatnya. Semua bukan menjadikan Josua membaik. Bahkan keadaan semakin memburuk akibat perbautan orang tuanya sendiri. Di sekolah dia mengalami bulying, di rumah tak jauh berbeda. Ayahnya sering memperlakukannya secara kasar. Tak hanya lewat kata-kata, tapi juga melukai secara fisik. Sang ibu juga tak jauh berbeda. Ada adegan yang menunjukkkan pembelaan sang ibu kepada Josua, tapi masih saja setengah hati.

Sejak awal sampai akhir film ini bernuansa gelap dalam arti yang sebenarnya. Suting dengan pencahayaan yang minim, suasana yang menegangkan sejak awal sampai akhir dan aroma kesedihan yang mendalam yang semakin menjadikan film ini memiliki nuansa yang khas. Setiap detailnya sayang untuk dilewatkan. Banyak detail detail kecil, seperti ekspresi, gerak tubuh, tata cahaya yang selalu memperkuat setiap bagiannya. Apa lagi lagu-lagu yang menjadi soundtrack film ini. Keren abis. Tak kalah juga backsound yang mengiringinya sejak awal sampai akhir. Irama yang diputar sepanjang film ini cocok sekali dengan suasana yang sedang berjalan.


Cerita yang dikemas dengan alur maju mundur menjadikan cerita dalam film ini bertambah kuat. Alasan dan jalan cerita yang dikemas apik, menyajikan cerita yang cukup logis. Hanya saja, aku tak bisa mengerti karakter asli Josua itu seperti apa. Dikatakan dengan gamblang bahwa dia anak pendiam yang berprestasi, tapi dalam banyak adegan, Josua terlihat begitu vokal di depan guru, kepada sekolah, sang psikiater bahkan orang tuanya sendiri. Karakter seperti dia mungkin ada, tapi sampai sekarang aku belum pernah menemukan anak pendiam dengan gejolak emosi yang begitu tinggi seperti josua.

Hal yang tidak bisa aku mengerti juga adalah, dalam film ini, dikatakan bahwa pistol yang dibeli dan dibawa Josua hanya memiliki satu peluru, tapi mengapa bisa meledak dua kali. Pertama dibagian awal cerita, kedua saat diujung cerita. Terlepas dari itu, secara keseluruhan film ini layak ditonton. Untuk anak yang masih dibangku sekolah dasar mungkin perlu bimbingan dan pendampingan orang tua saat menonton film ini. Baiknya bukan efek kekerasan yang digambarkan di sana yang dijadikan acuan utamanya, tapi hal hal positif yang bisa kita ambil.

Film ini membukakan mata kita. Bahwa kekerasan tidak akan membawa perubahan yang baik. Bagaimana itu bentuknya. Setiap orang yang bertanggungjawab untuk pembentukan karakter dan masa depan seseorang, harusnya bisa menjadi bagian dari orang tersebut, bukan justru  mengajarkan mereka dengan cara yang keras.



Josua ingin bunuh mami sama papi,
Tapi Josua gak ingin papi sama mami mati
Bagaimana caranya lagi Josua bisa ngungkapin isi hati tanpa harus gini terus
Papi inget waktu papi ajari Josua jadi kiper
Josua bisa nahan tiga tendangan langsung
Papi angkat Josua
Sampai semua orang dilapangan nyorakin kita
Papi inget?
Napa gak bisa seperti itu lagi, papi
…..
Makasih sudah dengerin Josua




lagu soundtrack yang juga kerena abis




Buat kalian yang suka baca, buku sejenis film ini yang bisa direkomendasikan adalah :




Insyallah dalam waktu dekat aku akan membuat reviewnya, buat yang penasaran sama Bleeding Survivor bisa ngintip disini. Atau hubungi langsung penulisnya lewat twitter @jacobjulian.



READ MORE - Ekskul : Bunuh Mereka yang Membulimu!