“Sudah bu, berapa?” Tanyaku pada ibu pemilik warung.
” apa saja tadi?” Tanyanya, ramah sekali.
“ es teh dua gelas….” Jawabku,
“ empat ribu….” Celetuknya,
“ mie ayam jamur dua porsi. “
“ empat belas ribu, ada lagi?”
“ sudah itu saja bu…”
“ empat sama empat belas, delapan belas semuanya. “ jawab ibu itu. Keramahan belum juga hilang dari wajah dan dari bahasa tubuhnya. Senyuman yang menghiasi wajahnya tempak begitu diusahakan untuk terlihat setulus mungkin.
Kusodorkan dua lembar uang puluhan ribu rupiah kepadanya.
“ gak ajak pacarnya kesini….” Tanyanya beramah tamah. Ditanya seperti itu jujur sempat membuat aku sedikit terkejut. Sempat berfikir sejenak apakah aku memang sudah kenal sama ibu ini sebelumnya. Tapi rasanya tidak. Kecuali beberapa kali saja aku datang ke sini, dan itupun hanya untuk menikmati mie ayam jamurnya. Dia tidak banyak tau tentang aku, tentunya. Tapi kenapa ya dia terlihat sudah cukup dekat denganku?
“ ah, belum punya pacar kok bu, masih singgle ne saya…. “ jawabku dengan nada yang sedikit canggung, tapi dengan senyuman yang tiba tiba saja mengembang di sudut bibirku.
“ masak belum punya pacar,” godanya.
Aku nyengir lebih lebar lagi mendengar bagaimana cara dia mengucapkan kata kata itu. Sangat terasa kalau dia sedang berusaha terlihat ramah di depanku. Ada senyuman yang selalu tersungging di sudut bibirnya. “ cariin bu…” kataku tiba tiba, sambil nyengir kuda lebih lebar lagi di depannya.
“ mau emangnya…..”
Aku merasa semakin ada kedekatan yang unik diantara kami. Yang tercipta secara instan tapi menyenangkan. Kedekatan yang aneh.
Sesaat kemudian, bu pemilik warung itu menyodorkan kembaliannya, aku sadar kalau ini waktunya buatku untuk pergi.
“ makasih bu,”
“ sama sama….” Jawabnya.
***
Banyak motivasi kita melakukan sesuatu. Walaupun yang dikerjakan adalah hal yang sama, tapi belum tentu setiap orang yang berbuat sesuatu yang sama itu memiliki motivasi dan tujuan yang sama. Seperti halnya apa yang dilakukan oleh aku dan ibu pemilik warung mie ayam jamur itu. Dia tersenyum, sama seperti aku yang juga tersenyum di depannya. Tapi, harus aku sadari kalau tujuan kami tersenyum itu sangatlah berbeda.
Ibu pemilik warung itu tersenyum karena dia ingin menciptakan kedekatan antara aku sebagai pembeli diwarungnya dan dia sebagai pemilik warung. Harapannya tidak lain adalah agar aku tidak hanya menikmati lezatnya mie ayam jamur buatannya. Tapi lebih dari itu, dia berharap, dengan keramahtamahan yang dia ciptakan, dengan modal senyuman tulus di sudut bibirnya, aku akan bersedia kembali lagi kewarungnya lain waktu.
Ibu pemilik warung itu mungkin tidak pernah tau apa itu teori-teori perdagangan, bagaimana cara mencari pelanggan dengan cara cara yang tepat, atau dia mungkin tidak pernah tahu bahwa rahasia kelezatan mie ayamnya bukan cuma terletak pada racikan bumbu yang dia masukkan ke dalam semanggkuk mie ayamnya. Tapi ibu itu menyadari, bahwa keramah tamahannya akan menarik pengunjungnya untuk berkunjung kembali.
Teman teman, pernahkah kita sendiri menyadari, bahwa pada saat kita makan, seluruh indra di tubuh kita ini ikut menikmati lezatnya makanan itu? Mata kita menikmati bagaimana cara penyajian satu menu makanan itu di hidangkan. Hidung kita menikmati bau bauan yang di keluarkan oleh makanan itu, begitu juga indra peraba kita akan ikut merasakan apa saja yang bisa di sentuh. Sendok, media saji, dan lain yang bisa kita pegang, sadar atau tidak, akan memberikan persepsinya sendiri terhadap kelezatan makanan yang sendang kita hadapi. Ini yang bisa menjelaskan mengapa orang orang Jawa banyak yang suka makan lalapan dengan cara pulu’an (makan menggunakan tangan secara langsung, tanpa alat bantu seperti sendok dan sebagainya.)
Lalu di mana fungsi telinga? Nah itulah yang sebenarnya sedang dilakukan oleh ibu pemilik warung itu. Dia sedang membantu bangaimana kita menikmati makanan kita lewat indra pendengaran kita itu. Dengan kata kata yang ramah, dengan kata terimakasih yang tulus, akan ada kesan yang lebih mendalam pada makanan yang telah kita makan.
Seperti itu pula teknik yang dilakukan oleh minimarket minimarket yang sekarang banyak tesebar di pelosok negeri ini. Sadarkah kita bahwa ucapan selamat datang yang di serukan oleh pramuniaganya adalah usaha bagaimana indra pendengaran kita bisa menikmati indahnya berbelanja di minimarket tersebut. Di tambah alunan lagu lagu populer yang diputar membantu kita betah berlama lama di dalam minimarket tersebut. Dan efeknya, sebagaimana di harapkan pemilik minimarket tersebut, kita akan terlena untuk datang lagi, dan membeli lebih banyak lagi.
Teman teman, begitu banyak kemasan yang sering kita lihat. Kalau mau jujur, mungkin kita akan bilang kalau makanan di warung itu lebih mantab rasanya daripada di restoran cepat saji yang sering kita datangi. Tapi mengapa kita masih lebih sering makan di restoran cepat saji dari pada makan di warung lain yang bumbunya lebih mantab? Jawabannya adalah di samping membeli makanan untuk mengisi perut kita, kita juga membeli kemasan dan gengsi di restoran restoran cepat saji itu. Masalahnya, akankah kita mau jujur pada diri sendiri?
Begitu juga pada banyak hal lain dalam kehidupan kita. Termasuk mengapa kita memilih baju ini dan memilih menikmati lagu itu daripada baju dan lagu yang lain. Hal itu kemungkinan besar juga kerena kita melihat bagaimana sesuatu itu di kemas.
Teman teman, kalau ingin sesuatu yang kita usahakan bisa berhasil dan dapat diterima orang lain dengan baik, maka bungkuslah apa yang kita tawarkan itu dengan kemasan yang baik. kemasan yang baik akan memberikan kesan pertama yang baik, dan itu berarti, kita sudah menang satu langkah. Selanjutnya, tetap, jangan lupakan isinya. Kemasan yang berkualitas bagimanapun harus juga di ikuti dengan kualitas isi yang tinggi pula.
Coba kita sempatkan membuat kue yang sama dengan bentuk yang berbeda. Kemudian minta kepada teman kita untuk memilih kue yang mereka suka tanpa harus menyentuhnya. Hampir di pastikan mereka akan memilih kue dengan bentuk yang menyenangkan daripada kue dengan bentuk yang biasa saja walaupun kita sudah mati matian menjelaskan bahwa rasa kedua kue itu benar benar sama. Kalau bingung mengapa itu terjadi, sepertinya anda harus membaca artikel ini sekali lagi…..
Salam hangat.. ..
sumber gambar
Kalau memilih pendamping, boleh lihat kemasannya?? hehe
BalasHapusmereka bilang,kesan pertama begitu menggoda.. selanjutnya terserah anda..
BalasHapusyah.. sedikit banyaknya persepsi positif atau ngtif akn muncul dari tampilan awal yg bisa ditangkap mata..
kemasan bukan prioritas tapi selalu penting unt dipertimbngkan
@ fahrie : tentu saja boleh..... :)
BalasHapus@ asriani : bener itu, jgan jadikan kemasan sebagai standart penilaian, tapi memperhatikan kemasan itu juga penting,......