Selasa, 30 April 2013

Satu Detik yang Berharga Jutaan Rupiah


Orang bilang, waktu itu sangat berharga. Ada pepatah barat berkata kalau waktu itu adalah uang. Seperti juga pepatah dari arab yang menggambarkan waktu itu semisal pedang, Yup! Pedang dan uang. Waktu diibaratkan dengan banyak hal. Seperti kita tahu, waktu yang sudah berlalu tak bisa di ulang lagi. Sedetikpun tidak.

Orang arab bilang waktu itu adalah pedang. Artinya, waktu itu tergantung kita mau menggunakannya untuk apa. Begitu kira-kira, walkers. Kalau kita mau dan bisa menggunakan waktu itu untuk hal yang positif, semuanya akan jadi baik. Kalau kita menggunakan waktu itu untuk hal yang negatif, maka tunggu saja sampai kita menerima akibatnya. Seperti pedang. Mau kita buat apa pedang itu. Kalau kita gunakan untuk memotong hewan, memotong bambu, kita bisa mendapatkan manfaat yang besar darinya. Begitupun kalau kita menggunakan pedang itu untuk membunuh tanpa sebab yang diperbolehkan. Maka tunggulah sampai kita mendapatkan keadilan atas apa yang kita lakukan.

Bagi orang barat, waktu itu adalah uang. Mereka menghitung setiap detiknya dengan ukuran uang. Ini dari kaca mata mereka, walkers. Orang-orang barat yang mengukur segala sesuatunya dari berapa banyak materi yang mereka dapatkan. Ada pekerja yang dibayar lebih untuk setiap waktu lembur yang mereka habiskan untuk mengerjakan pekerjaan tambahan. Kalau kita ke warnet misal, maka setiap detik nyata dihitung dengan ukuran berapa banyak uang yang harus kita keluarkan. Seperti juga di taksi atau saat kita menyewa barang yang  dihitung bianyanya berdasarkan baerapa lama waktu yang kita habiskan bersama barang itu. Nyata sekali bukan kalau waktu itu sesuatu yang berharga?

Orang kita bilang, penyesalan tak ada gunanya. Itu artinya, apa yang sudah kita lakukan, dan ternyata itu adalah kesalahan, maka tak ada lagi waktu yang bisa kita putar untuk bisa kembali  kemasa lalu untuk memperbaikinya. Tak juga sedetikpun. Nyata sekali, walkers, kalau waktu itu sesuatu yang sangat berharga. Dimanapun dan kapanpun semua bangsa setuju akan hal itu. Pertanyaannya adalah, seberapa mahal sebenarnya harga waktu itu? Yuk mari kita bahas disini.

Kasus pertama yang bisa kita ambil sebagai telaah untuk bisa tahu seberapa mahal harga waktu itu, aku ceritakan pada kalian tentang pak Pung (bukan nama sebenarnya). Pagi tiu, pak Pung diminta oleh bosnya untuk mengantarkan kunci mobil temannya yang secara kebetulan terbawa ke dalam tas si bos. Teman si bos itu tinggal di Surabaya, sedangkan si bos sendiri tinggal di Jakarta. Sewaktu si bos berkunjung ke Surabaya, secara tak sengaja dia lupa untuk mengembalikan kunci mobil berikut STNK yang si bos pinjam dari temannya. Singkat cerita, berangkatlah pak Pung ke Surabaya dengan mengendarai mobil si bos dari Jakarta. Tak di sangka, di jalan, saaat pak Pung sedang beristirahat di sebuah rumah makan yang lumayan besar, kunci yang harusnya dia antarkan ke Surabaya raib bersama tas tempat di mana kunci itu ditempakan. Malangnya lagi, pak Pung tidak ingat di mana terakhir dia memegang kunci itu. Apa benar kunci dan tasnya itu hilang dirumah makan, atau di toilet sebuah SPBU, atukah di warung pinggir jalan tempat dia membeli rokok? Pak Pung tak ingat sama sekali. Akibat keteledoran ini, pak Pung di jatuhi sangsi oleh si bos untuk mengganti kunci yang hilang itu. Kalian tahu berapa harga kunci yang hilang itu, walkers? Perkunci harganya 6,5jt. Sedangkan kunci yang hilang sebanyak dua buah. Berarti minimal pak Pung harus mengeluarkan uang sebesar 13juta rupiah untuk mengganti kunci yang hilang itu. Kunci mobil apa semahal itu? Kalau walkers mau tahu, itu adalah kunci mobil Mercedes Benz s-class. Pak Pung menyesal. Andai waktu bisa di kembalikan, maka dia tak akan membuat kelalaian itu dan dia tidak akan kehilangan 13 juta rupiah yang harus dia banyar dengan susah payah.

Lain lagi dengan yang dialami pak Yus. Sewaktu dia mengemudikan mobilnya di jalur pantura jawa, dia harus kehilangan uang 40 juta rupiah. Apa yang terjadi? Malam itu pak Yus berencana pulang ke semarang. Tak di sangka, di salah satu ruas jalan pantura mobil yang dia kemudikan menabrak mobil yang tengah akan putar balik di depannya. Menurut pengakuan pak Yus, saat itu dia sedang mengantuk. Andai saja dia punya satu detik saja kesempatan untuk menginjak pedal rem, kecelakaan itu tak akan pernah terjadi. Waktu satu detik di mana pak Yus hilang kesadaran karena mengantuk itu harus dia bayar dengan 40 juta rupiah perbaikan mobil yang dia tabrak. Belum lagi biaya yang harus dia keluarkan untuk memperbaiki mobilnya sendiri.

Terakhir adalah kisah pak Muali. Suatu hari, saat dia akan menjemput istrinya yang sedang berada di rumah mertuanya, tanpa sengaja dia mengalami kecelakaan motor tunggal. Menurut saksi mata yang ada di lokasi, katanya pak Muali berusaha menghindari orang tua yang sedang melintas jalan. Dalam keadaan kurang fit, pak Muali terlambat untuk menghindar. Pilihan yang dia punya dalam detik-detik terakhir itu benar-benar seperti buah simala kama. Menabrak orang di depannya, banting stir atau menarik tuas rem cakram. Semua berakibat fatal. Kalau dia menabrak orang di depannya, kemungkinan untuk jatuh korban makin banyak. Mungkin saja dia tidak mengalami luka yang cukup serius dari pada harus memilih dua pilihan yang lain, tapi urusan akan makin panjang. Pertanggungjawaban semakin berat. Kalau dia memilih banting stir atau menarik tuas rem cakram, kemungkinan menabrak orang di depannya akan kecil, tapi akan berakibat fatal untuk dia. Tak banyak waktu, tak banyak pilihan, pak Muali memilih opsi terakhir. Dia menarik tuas rem cakram kuat-kuat. Detik itu juga pak Muali terpental, membentur aspal dan kehilangan kesadaran untuk selamanya. Dia mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan orang tua yang renta itu.

Tujuh bulan lamanya dia harus dirawat, antara sadar dan koma bergantian dia alami. Puluhan juta uang dihamburkan untuk kesembuhannya. Kabar terakhir, sudah menembus angka ratusan juta yang harus di keluarkan keluarganya untuk biaya pengobatan. Setelah tujuh kali operasi pada tulang tengkoraknya ditambah dua operasi pada bagian perutnya, pak Muali tak tertolong. Satu detik terakhir dia mengambil keputusan berhaga ratusan juga dan nyawanya. Andai saja waktu bisa diulang….

Ya, andai saja waktu bisa diulang, apa yang akan kalian lakukan, walkers? Berapa banyak yang bisa kalian perbaiki? Berapa uang yang bisa kalian hemat? Sayangnya, sedetikpun waktu tak bisa diulang, dan sekarang setelah merenung, mungkin kita menjari tahu, berapa harga satu detik waktu kita yang terbuang itu. Mahal sekali, bukan? Maka itu, mari kita gunakan waktu kita sebaik-baiknya mulai detik ini.


sumber gambar 1
sumber gambar 2

6 komentar:

  1. Terdiam sejenak selesai membaca tulisan ini.
    Sadar, betapa banyak waktu sdh terbuang sia-sia. Menyesal mempelajari Alqur'an tdk sejak dulu.
    Tapi memang sesal tak ada guna. Allah masih memberi kesempatan untuk memperbaiki diri, semoga bisa memanfaatkannya dengan baik.

    Makasih renungannya mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setelah terdiam, kemudian menulis ya bund? nulis komen? :)

      masih ada waktu untuk memperbaiki segelanya kan bund.... ayo maju bersama....

      Hapus
  2. Kalau seperti itu memang jadi sangat berharga sepersekian detik yang terlewat. Kalau saya membayangkannya jadi seram sendiri... pengalaman saya untuk sepersekian detik hanya terjadi kala tertinggal kereta api yang sudah didepan mata, melaju begitu saja. Padahal seharusnya bisa tepak waktu sesuai jadwal, tapi karena terlalu lama berdiam dirumah jadi terlambat beberapa detik itu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itulah. waktu itu sangat berharga. jangan karena berlena lena itu kita mendapat kerugian yang seharusnya tidak kita terima...

      Hapus
  3. Subhaanallaah... Time is Money.

    Berharganya waktu yang setiap saat kita lalui. Insya Allah, akan lebih menghargai waktu.. Do'akan saya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. saling mendoakan mas. semoga semua diberi kesempatan yang lebih baik....

      Hapus

.
..
Buktikan kunjungan kamu ke blog ini dengan meninggalkan komentar sebagai jejak kunjungan.
..
.