Well, walkers, aku gak kemana
mana. Masih tetep di sini. Di surabaya, kota perantauanku selama ini. Kalian tahu?
Pertanyaan sederhana yang kalian sampaikan padaku itu mungkin terlihat seperle,
tapi bagiku pertanyaan itu mengandung makna yang berbeda. Ada perhatian seorang
teman di sana. Teman maya yang bingung ketika temannnya itu, yang tak pernah
tahu bagaimana wajahnya yang sebenarnya, yang cuma dikenalnya lewat tulisan
tulisannya, tak ada kabar dalam waktu yang lama. Ada letupan semangat yang aku
rasakan di dada ini saat pesan pesan singkat itu masuk ke nomor pribadiku. Maka
itu aku ucapkan terimakasih untuk mereka yang merindukan aku (pede banget yak? Gegegegegegegegege).
Aku gak kemana mana, walkers. Aku
hanya pindah kos. Yup. 2x pindah kos. Kenapa? Tentu ada alasannnya. Semua akan aku bagikan di sini bersama kalian,
karena kalian adalah teman teman yang mau mendengarkan (membaca) apa yang ingin
aku bagikan dengan orang-orang yang aku kenal. Perpindahan kos kali ini cukup menyita
waktuku. Menyita perhatian yang lumayan besar. Apa pasal? Bukankah hanya
masalah pindah kos saja? Yup memang benar. Masalah sepele yang dipicu oleh
masalah lain yang cukup serius.
Kalian sudah siap untuk menyimak
kisah ini, walkers?
Ok. Aku akan coba bercerita
secara urutan waktu.Tempat kos awal yang aku tempati ada di daerah Tambak Wedi,
Surabaya. Tempat kosku ini ada di lantai dua. Lantai dua ini hanya sepertiga
luasnya dari luas keseluruhan bangunan di lantai satu. Satu ruangan yang
disekat menjadi empat bilik dan satu tempat terbuka di tengah tempat aku dan
teman-teman yang berkunjung ke tempat kosku itu ngobrol, nonton tv, atau
berselancar ria di komputer. Tempat kosku ini punya satu jendela yang menhadap
ke arah timur dan satu lagi yang lebih besar menghadap kearah selatan. Dari jendela
yang menghadap ke timur itulah aku bisa melihat jalan Kedung Cowek yang
berhubungan langsung dengan jembatan Suramadu. Kalau malam, deretan lampu
kuning yang memanjang sejauh lebih dari 3km dengan latar belakang langit malam
yang hitam bertabur bintang dan deretan rumah serta pohon menyajikan pemandangan
yang tak biasa. Perpaduan pemandangan kota besar dan daerah pinggiran yang
masih belum tersentuh pembangunan. Kalian bisa bayangkan indahnya?
Kalau dari arah jendela selatan,
pemandangan lebih indah lagi. Dari sana, aku seolah sedang duduk di atas genteng
rumah kosku. Ada pohon keres di ujung genteng, dan setelah itu, hamparan sawah
dan kolam pemancingan yang cukup luas. Air mengalir, padi bergoyang mengikuti
irama angin, ditambah lagi degan latar belakang jalan kedung cowek yang serupa
jalan tol. Buatku, suasana itu sangat menginspiirasi untuk terus menulis, apa
lagi saat hujan turun. Suasana bertambah eksotis di sana. Apa lagi yang
diharapkan seorang blogger selain tempat yang ‘sempurna’ untuk menulis?
Pepatah bilang, ada pertemuan,
ada juga perpisahan. Perpisahan itu datang lebih cepat dari apa yang aku
bayangkan, walkers. Masalah kecil yang semula terlihat sepele kemudian menjadi
masalah besar yang mengancam jiwa dan keselamatan. Di sana aku menyaksikan
bagaimana brutalnya bangsa ini. Kalau dulu aku ragu, bahkan sangsi kalau bangsa
ini masih menyimpan sifat barbarnya yang kejam, hari itu aku tak ragu lagi
untuk bilang kalau semua itu nyata. Manusia bisa berubah dengan cepat. Mereka bisa
berubah mudah membalikkan telapak tangan. Mereka yang kemarin tertawa dan
tersenyum pada kita, hari ini atau besok bisa saja menjadi orang yang paling
kita cari untuk ditonjok wajahnya.
Alasan perpindahan kosku yang
pertama ini ceritanya panjang, walkers. Berlangsung sekitar hampir satu tahun
lamanya sebelum meledak dan membuatku menjadi orang yang terusir. Insyallah,
aku akan membuat posting khusus untuk ini.
Waktunya siap-siap untuk jumatan
rupanya, walkers. Aku sambung lagi nanti ya, untuk lanjutan kisah ini. Salam hangat
buat kaian semua.
Jiaaaahh! Kirain bakal ngabisin kacang sebungkus dan kopi segelas nih bacanya.
BalasHapusBaru mau ngemplok malah udah habis ceritane.
Kayane malah bs jadi novel deh cerita mas Ridwan dari pindah kos sampai hilang BB dan hape.
sedikit-sedikit bung. ntar kalau kebanyakan yang mau baca jadi males...
Hapusgegegegegege.....
kalau jadi novel, laku gak ya kira2... :D
mau tak lanjutin postingan ini?
BalasHapuswong aku sudah tau ceritanya kok..
sabar kang. ada waktunya semua terungkap....
Hapuswagagagagagagagag.....
bahasanya gaya banget ya kang?
Apa aku aja yg lanjutin? Aku juga udah tau ceritanya :p
Hapusbunda, semua akan jelas pada waktunya.... :)
Hapusdiungkap kang insan..kelamaan bisa lumutan saya nunggu cerita kang ridwan..ergggghh
BalasHapussabar kang. semua akan terungkap pada waktu yang tepat....:)
HapusIya, sabar aja Kang Ratodi, mas Ridwan sdg cari waktu yang tepat. #kapan?
Hapusntar dikabari lagi... :)
Hapusbangsa ini memang sudah mulai kehilangan kesabaran dan senyum yang tulus,
BalasHapusoke,,,ditunggu kisah brutalnya, selamat menempati tempat kos yang baru...salam sukses selalu dari Makassar :-)
siaap,
Hapusselamat menunggu kang...
ya, semoga ini kos yang bisa bikin aku betah aja...:)
padahal sayang baget mas, kaladu diliat2, view nya kan bagus, jembatan suramadu dan kedung cowek
BalasHapuskalau dari sudut itu, memang disayangkan banget. tapi ada hal lain yang medesak buat pindah...
HapusTempat yang menyenangkan buat menulis, haiya...kudu dan harus ya pindah kos? ahihii *malah nanya,
BalasHapusSalam kenal
ya begitulah sayangnya.... harus pindah... :)
Hapussalam kenal juga....
semoga betah di tempat yang baru ya Mas, dan gak ada kasus2 sehingga jadi korban terusir lagi :D
BalasHapusamin,
Hapusitu yang penting buat mulai nulis lagi....
sayangnya cuman baru sepotong ceritanya masih penasarang kenapa mas Mridwan bisa sampai pindah kosan kan harusnya ada sebab dan musabab hahahahaaa
BalasHapusdi tunggu mas cerita selanjutnya :)
selamat menunggu....
Hapus