Minggu, 25 November 2012

My Friend's Hero

Apa yang ada dalam pikiran kita bila kita berbicara tentang sosok seorang pahlawan? Dalam pikiran kita mungkin seorang pahlawan akan dibayangkan dalam bentuk dan sosok yang begitu sempurna. Dia baik hati, suka menolong, selalu ada saat kita butuh. Seorang pahlawan sangat mungkin akan kita gambarkan dalam sosok yang begitu gagah, tampan, atau cantik molek bila dia seorang wanita. Pahlawan punya keberanian yang lebih bila di bandingkan dengan orang orang kebanyakan. Yah, intinya, apapun gambaran kita, pahlawan hampir pasti adalah orang yang sempurna.

Walkers, posting ini memang tentang pahlawan, tapi bukan tentang pahlawan sempurna yang selama ini ada dalam pikiran kita itu. Pahlawan itu, kali ini hadir dalam bentuk yang jauh lebih sederhana dari apa yang ada dalam bayangan kita selama ini. Dia hadir, dari satu golongan yang selama ini mungkin kita pandang sebelah mata, atau bahkan mungkin saat dia menyapa kita di pinggir jalan, kita banyak mengacuhkannya. Alasannya sederhana : kita tidak butuh dia (saat itu).

Pahlawan kita itu hadir pada suatu siang yang terik di Bandara Internasional  Juanda Surabaya untuk menjumpai seorang teman kita yang sedang duduk termenung di emperan masjid bandara. Dengan langkahnya yang pelan tapi mantab, dia datang kearah teman kita awalnya dengan satu misi sama dengan apa yang dia lakukan pada orang orang lain yang dia temui di sana : menawarkan jasanya.

“Mau kemana, Mas?” sapanya pada teman kita.

“Mau ke Rungkut mas,”

Pembicaraan kemudian mengalir antara mereka berdua. Si tukang ojek, pahlawan kita kali ini itu menawarkan jasanya ojeknya kepada teman kita dengan pendekatan yang mantab. Tapi apa daya, teman kita itu baru saja kehilangan seluruh uang yang ada di dalam dompetnya. Dia baru saja kecopetan di bandara. Seluruh uangnya hilang, hanya dompet dan surat surat pentingnya saja yang tertinggal dalam dompetnya yang ada di ruang informasi. Batrai hapenya juga sudah habis tak bersisa. Apa yang bisa di lakukan orang dalam keadaan seperti itu? Tanpa uang, tanpa alat komunikasi sama sekali. Teman kita itu terlihat begitu putus asa.

Pembicaraan antara keduanya kemudian berlanjut. Kali ini bukan lagi tentang tawar menawar berapa harga jasa ojek dari bandara ke Rungkut, tapi tentang tawar menawar untuk jasa ojek gratis. Bukan teman kita itu yang mengiba untuk diantarkan ke Rungkut tanpa membayar, tapi justru tukan ojek yang baik hati itulah yang menawarkan jasanya dengan sangat kepada teman kita itu untuk mengantarkannya ke tempat yang dia mau. Semuanya gratis!

Teman kita itu tidak langsung mengiyakan tawaran menggiurkan yang di sampaikan si tukang ojek itu. Teman kita itu masih curiga, tanpa menuduh, apa motif sebenarnya orang itu menawarkan jasa ojeknya secara gratis. Zaman sekarang, kita dituntut lebih banyak hati hati dalam menerima tawaran dari orang lain, apa lagi orang itu baru saja kita kenal. Tapi setelah pembicaraan berlangsung lebih lama lagi, perlahan teman kita itu mulai yakin dengan tawaran yang di berikan oleh tukang ojek yang budiman itu. Maka, tak lama setelahnya, teman kita yang sedang putus asa itu diantarkan si tukang ojek ke tempat yang dia mau. Plus gratis satu gelas es jus pula!

***



Walkers, kisah nyata ini terlihat begitu sederhana. Tapi di balik kesederhanaannya, ada satu pelajaran berharga yang dapat kita petik. Di zaman sekarang ini, di mana egoisme individu sudah begitu tinggi, ternyata masih ada orang yang dengan begitu suka rela mau menjadi pahlawan bagi orang lain dengan mengorbankan apa yang dia punya. Dalam kisah ini, si tukang ojek yang budiman itu berkorban tenaga, waktu, dan harta (bensin dan sepeda) bahkan untuk orang yang baru saja dia kenal. Mereka itu seperti lilin, rela menerangi sekelilingnya dengan mengorbankan apa yang mereka punya.

Walkers, pertanyaannya bukan kapan kita bisa bertemu dengan orang yang budiman seperti itu, tapi sudahkah kita mampu untuk menjadi orang budiman seperti dia? Yang mampu menolong tanpa mengharapkan apapun selain dari keridoan sang Ilahi? Mari siapkan diri untuk menjadi orang yang tulus itu, walkers, sang pahlawan sejati itu. Kerena Tuhan sudah berjanji, Tuhan tidak akan membiarkan orang yang mau meringankan beban saudaranya hidup dalam gundah gulana.

Walkers, dua hari kemudian, teman kita itu memberi pahlawannya satu bingkisan yang istimewa. Sederhana tapi sangat mengesankan. Kalau kalian mau tahu apa yang dia berikan sebagai ungkapan terima kasihnya yang medalam, coba klik di sini.




gambar dari sini 



.

7 komentar:

  1. Betul mas Ridwan... Kita tak perlu berpikir kapan kita akan bertemu orang yg bersikap baik sama kita. Kita tabung aja perbuatan2 baik kita utk org lain... Insya Allah akan kita ambil tabungan itu pada saat yg tepat, pd saat kita membutuhkan.
    Tukang ojek bisa dipanggil skrg ya... Ada pool dimana aja tuh? Daan Mogot ada ga..? Hehehe...
    Renungan pagi yang indah. Makasih mas... Jadi deh dimasakin tongkol.

    BalasHapus
  2. hmmm,, itu salah satu bukti kalau masih banyak orang baik di negara kita ini,, karena itu yuuk semangaaat menjadikan indonesia lebih baik!! :)

    BalasHapus
  3. saya percaya sifat sang Pahlawan itu sudah ada di Kang Ridwan..
    saya sudah banyak membuktikannya...

    Mridwan adalah sahabatku dan adikku yang punya jiwa seorang hero...
    harusnya ini diikutkan ke first giveway "From Hero to Zero" yang diadain oleh Bunda Niken

    BalasHapus
    Balasan
    1. buat mas Ridwan masih dibuka kesempatan mengirim tulisannya. Dapat hadiah khusus nanti...
      makan gratis di kantin bunda cabang depan rumah mas Insan... :p

      Hapus
  4. ini pasti asli kisahnya bang ridwan ya?? hihi.. keren :D

    eh, cuman waktu baca tulisannya kok serasa ngebut yaa, nulisnya kyanya sambil ngojek ya haha...:)

    BalasHapus
  5. Maaf OOT mas, sedang terburu2 saya menitipkan komen di Liebster Award. Makasih

    BalasHapus

.
..
Buktikan kunjungan kamu ke blog ini dengan meninggalkan komentar sebagai jejak kunjungan.
..
.