Jumat, 07 Januari 2011

Cinta terlarang

Dia adalah orang kelima yang datang ke dalam hidupku untuk menawarkan diri sebagai orang yang spesial bagiku. Dia, adalah orang kelima dalam hidupku yang datang untuk mengatakan aku pantas untuk dicintai. Atau mungkin hanya untuk sekedar bilang bahwa, aku patut untuk dipuaskan. Bahwa hasrat yang telah lama aku pendam ini, harus dipuaskan, dengan cintannya.

Seperti orang pertama yang datang dalam hidupku, diapun datang dari sebuah dunia yang tak nyata, dari dunia maya yang mereka namakan internet. Seperti orang pertama, dia juga datang padaku, ketika kami hanya sempat berbincang dalam beberapa baris kalimat saja. Dia juga seperti orang kedua, yang datang kedalam hidupku, seperti datangnya tikus kedalam liang gerombolannya, hanya karena memiliki satu hal yang sama : kami sama sama berbau busuk. Dan bahwa kami juga sama sama memiliki sebuah urusan yang perlu untuk dituntaskan, urusan yang hanya bisa dituntaskan dengan mengatas namakan ‘cinta’, Cinta yang terlarang!

Dia juga masih sama seperti orang ketiga yang hadir dalam hidupku. Hadir karena dia mencari pengganti orang yang bisa memberi dia apa yang dia butuhkan. Penganti orang yang di masa lalu sudah memberi mereka sebuah kepuasan, sebuah kedamaian, sebuah gengaman tangan yang erat. Pundak yang kokoh tempat mereka bersandar saat tiba tiba kepala meraka terasa begitu berat. Mereka membutuhkan dada yang bidang, tempat mereka meregut kehangatan di dalamnya. Yang dia kira, dada itu adalah dadaku. Ya, bahkan sebelum pertemuan pertama kami.

Dia datang, untuk hanya sekedar berkata kalau dia butuh seseorang yang sungguh setia, yang bisa mengerti dia apa adanya. Yang selama ini aku temui adalah orang yang hanya membutuhkan tubuhku, hartaku, padahal mereka tau aku tak berharta sesenpun, keluhmu di malam perkenalan kita. Malam dimana kita berbincang tanpa saling memandang. Berbicara tanpa saling menatap dan bersuara. Malam dimana kita bertukar informasi hanya dengan menarikan jemari kita diatas tombol tombol kibot. Bahkan sebelum dia tau, orang seperti apakah aku ini, dia sudah yakin kalau akulah yang sungguh mereka cari.

Dia masih juga sama saja seperti orang keempat yang hadir dalam hidupku. Yang hadir karena kita memiliki masa lalu yang sama, asal yang sama. Masa lalu dan asal yang sama sekali bukan untuk dibanggakan. Kami, sama sama dari lumbung buaya. Dari kubangan lumpur babi yang sama sekali tak indah untuk ditunjukkan pada orang lain. Kami berasal dari dunia hitam kelam yang bahkan para penghuninyapun takut untuk mengakui bahwa meraka adalah bagian dari dunia hitam kelam itu.

Dia datang malam ini, masih dengan alasan klise seperti alasan orang orang sebelumnya. Yang juga datang di malam hari untukku, dari tempat yang jauh di tepian kota ini hanya untuk memuaskan rasa penasarannya akan sosok tubuhku. Sosok yang hanya dia ketahui lewat seberapa tinggi aku, berapa berat badanku dan berapa usiaku. Sosok yang hanya dia tau lewat foto yang aku pasang di jejaring sosial. Foto yang sudah aku olah sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Yang tentu saja, itu adalah perangkapku untuk menjebakmu, karena aku, tak seindah fotoku….

***

“ kamu di mana?” tanyaku setelah sekian lama aku menunggunya di dalam udara malam yang menusuk kulit.

“ aku masih di pertigaan keempat, kemana ini arahnya” terdengar suaranya di seberang sana, kecil dan lembut, namun tegas sekali rasanya.

“oh ya, belok ke kiri, nanti setelah perempatan kedua, belok kekanan lalu putar balik di depan restoran. Setelah pom bensin pertama, kamu belok kiri, aku tepat di kiri jalan di bawah lampu merah.”

“oh, ok, nanti aku hubungi kamu kalau aku bingung ya….”

“ya”

Hubungan telepon terputus, meninggalkan aku sendirian di sini, berteman dengan kesepian dan kepulan asap kenadaraan bermotor yang tak pernah tertidur di kota neraka ini.

Yah…, hatiku mendesah….

Ada perasaan berat yang mengantung di sana. Ada perasaan yang tidak bisa aku definisikan sebagai perasaan apa. Entahkah aku harus senang ataukah aku harus bersedih. Entahkah aku harus melompat tinggi tinggi untuk menyatakan kebahagiaaku ataukah aku harus bersujut menyesali keputusan ini.

Aku tau ini adalah keputusan yang terlarang. Aku tau ini adalah dosa besar yang mungkin tak termaafkan, karena akupun tak bisa memastikan bila aku sanggup untuk meninggalkan dosa ini. karena ketika kenikmatan itu sudah membuncah ke ubun ubun kepalaku, ketika kepuasan itu sudah membuncah mencengkram seluruh ragaku, sanggupkah aku untuk berpaling dan meninggakan kehidupan seperti ini selamanya? Aku tak yakin. Maka itulah akupun tak yakin kalau dosaku ini akan termaafkan. Karena aku tak yakin aku bisa bertaubat dengan taubat yang sebenarnya. Dan untuk itu, harusnya aku bersedih.

Tapi dalam waktu yang bersamaan, aku merasakan kebahagian yang tak terperikan. Betapa tidak, setelah orang ke empat, entah sudah berapa lama waktu berlalu. Sudah berapa malam yang aku lalui dengan kesendirian, sudah berapa hari aku buang waktuku untuk kuhabiskan tanpa seorang yang spesial di dekatku? Aku sudah tak mampu menghitung rasanya. 

Saat ini, ketika ada orang yang bersedia mengisi kekosongan ini, bukankah pantas kalau aku berbahagia? Bukankah pantas kalau hatiku berbunga bunga? Aku juga manusia yang butuh dan haus akan kasih sayang….

Tapi lamunanku bubar saat sebuah sepeda motor berhenti tak jauh dari tempat aku berdiri. Pengendaranya adalah seorang dengan gaya yang trendi, rambutnya pirang pendek dengan jaket kulit hitam yang memberi kesan mendalam pada penampilannya. Dia memandang sejenak padaku. Tapi aku tetap diam mematung. Inikah orang yang aku tunggu tunggu? Orang yang terlalu sempurna untuk aku!

Dia merogoh saku jaket kulitnya, mengeluarkan sebuah hape keluaran terbaru. Setelah menekan beberapa tombol, dia medekatkan hapenya ke arah telinganya. 

Ada yang bergetar di saku celanaku. Itu hapeku. Ada telepon masuk. Aku angkat. terdengar suara berat di seberang sana, suara yang orang yang aku tunggu tunggu.

“kamukah itu?” tanyanya. Seiring dengan gerakan bibir orang di depanku.

“ya ini aku,” jawabku. 

Kumatikan hapeku, kumasukkan kedalam kantung celanaku, lau mendekat kearahnya. Sambil mengulurkan tangan kusebutkan namaku. Dia menyambutnya dengan seulas senyuman hangat yang membuat hatiku berdesir. Ada kegairahan yang hangat menggelayut mesrah di nadiku,

“ayo, ketempatku,” 

“yap…” balasnya.

Hatiku, perasaanku, pikiranku kemudian melesat bersama laju sepeda motorku. Ada perasaan yang saling berkelebatan di sana. pesaan senang yang tak terperikan, juga perasaan bersalah yang mendalam. Aku bimbang, tapi aku tak berhenti untuk memintanya membatalkan perjanjian kita malam ini. sampai akhirnya, malam ini kami lalui sebagai malam terindah yang pernah kita lewati. Malam ini, satu kenyataan lagi aku sadari dari dirinya. Karena ternyata, dialah tipe orang yang aku cari selama ini

***

Sudah hampir seminggu dia tak ada kabar. Tak bisa aku hubungi dan dia tak membalas sms aku. Sudah aku coba bermalam malam, sudah aku harap hari demi hari kabar darinya, bahkan setiap pesan yang masuk dalam hapeku aku harap itulah kabar darinya.

Tapi ketika mejelang hari kesepuluh tak ada kabar darinya, keresahan dalam hati ini mulai menghilang secara ajaib. Ada perasaan pasrah dan hampa yang kemudian menyerang. Seperti sebuah perasaan tulus akan sebuah kehilangan. Ada perasaan ganjil dari keputusan untuk melupakan dia selamanya. Ya, aku mulai merasakan perasaan yang sama ketika aku tidak bisa menghubungi lagi orang orang sebelum dia.

Aku hanya ingin tidur aja malam ini. Cuma ingin meletakkan kepalaku sejenak di atas bantal kesayanganku. Memendam semua kesedihan ini di dunia mimpiku. Mengikatnya erat dan tak akan aku biarkan dia hadir lagi dalam kehidupan nyataku. Bagiku, malam itu adalah malam yang indah, malam yang harus aku sukuri dan aku sesali. Malam di mana seharusnya aku merasa manusia paling bodoh sekaligus paling beruntung telah berkenalan dengannya. 

Malam ini masih sama dengan seperti malam yang sebelum-sebelumnya. Masih juga sama dengan malam ketika aku belum bertemu dengannya, malam dimana aku bersanding bersamanya atau pun malam malam setelah itu. Malam ini masih juga malam yang gelap. Malam dengan bintang dan bulan yang sahdu di musim kemarau yang kering. 

Seperti juga yang aku lakukan di malam malam itu, malam inipun aku berusaha keras menutup mataku. Mengheningkan seluruh ciptaku. Berusaha untuk beralih dari dunia nyataku ke dalam dunia mimpiku. Dan juga tentunya masih sama bagiku, seperti setiap detik jam yang terbuang berlalu dalam malam malam kesedirian aku. Aku masih saja sulit memejamkan mata. Insomnia tingkat tinggi!

Bayangan malam, banyangan kesedihan, banyangan kerinduan silih berganti menghampiri alam sadar dan alam bawah sadarku. Ada bayangan setiap orang yang hadir di sana. ada banyangan orang pertama yang pendek dan tambun. Tapi mampu mengerti aku apa adanya. Ada selintas siluet gambaran orang kedua, yang berkulit hitam dengan tubuh yang tangguh. Dengan tenaganya yang seperti selalu terpacu. Kemudian orang ketiga hadir dalam mimpiku. Orang yang kurus dengan postur yang tinggi dan wajah yang bersih. Dia selalu tersenyum dengan bentuk bibirnya yang begitu manis. Lalu orang keempat yang bertubuh besar, yang bergumam dengan dialek yang sama degan dialekku. Dia datang dengan kata yang berapi api dan pergi dengan kabar yang segelap malam yang muram.

Lau hadirlah dia, orang kelimaku. Orang termanis dalam hidupku. Orang terindah dalam mimpiku. Orang yang ada dalam anganku. Dia, ya hanya dia yang bisa mengimbangi aku di setiap malam basahku. Malam malam terkutuk yang selalu aku runtuki. Malam bernoda kelam yang selalu aku sesali pernah aku lalui dalam hidupku. Tapi bersama dia, malam itupun benar benar aku sukuri. Manusia pujaan setiap insan ada di sampingku. Menempelkan bahunya di bahuku. Meneteskan setiap tetes air matanya di dadaku, menguburkan setiap asanya di dalam damainya hatiku. Dia, ya, dia adalah yang aku cari selama ini. dia adalah hal terindah yang pantas saku kagumi. 

Aku mengaguminya setiap jengkal lukisan wajahnya. Lukisan alam yang maha kaya. Pahatan yang membuat setiap detak jantung insan manusia yang memandangnnya berhenti berdetak, untuk kemudian bernyanyi indah memujinya. Aku menghayati setiap inci dari lekukan tubuhnya. Tubuh yang seperti porselen yang indah, indah terpahat dengan kokohnya. Aku memuja setiap detail dari kakinya, dari tangannya, dari setiap goresan halus di kuku kukunya. Aku memujanya, ya, aku memujanya malam itu. Aku menelannya dalam sukmaku sampai tak bersisa di kala fajar datang dan dia minta aku untuk mengantarkannya pergi.

“aku akan kembali, aku janji….” Ucapmu kala itu. matamu yang berbicara, tapi suaranya aku dengar dengan hati beningku.

“aku akan menunggumu, aku tidak akan mencari penggantimu sebelum kau benar benar ingin melupakan aku…..”

Ada sentuhan lembut perpisahan, ada goresan tajam awal kehilangan. Di pagi itu, pagi yang basah di wajah kita. Pagi yang harum oleh wewangian alami yang di ciptakan alam untuk setiap kita…..

Aku masih ingat, selekat ingatan yang kemaren, seulas senyum perpisahanmu yang aku lekatkan erat di hatiku. Inginku teriakkan kata aku sayang kamu sejak jejak pertama langkahmu pergi meninggalkan tempat terkutuk itu, tempat terindah yang pernah aku kunjungi.

Tapi, wahai manusia terindahku, kemanakah kau sampai sejauh ini? bagaimana kabarmu di hari kedua puluh ini? mungkin inilah saat yang tepat bagiku untuk melupakanmu, mengiklaskanmu dan mencari penggantimu untuk mengobati hatiku. Walau sebenarnya aku ragu, adakah yang lebih indah darimu untukku….?

Baru saja kuketikkan sebuah nickname di MIRC ketika sekelebat bayangmu tiba tiba kembali melintas di nadiku. Tapi aku harus tegar. Aku harus bisa melupakanmu. Aku harus dan akan bisa untuk mencari penggantimu…

Ada yang menyapaku di chatroom yang baru aku masuki ketika hapeku bergetar, lalu sebuah nada yang aku setting khusus untukmu berkumandang. Aku menoleh, memandang sorot sedih di layar hapeku. Hatiku, sekali lagi berdesir.

“ pa kbr ms, maf lm aq g mnghub ms. Hapeq yg lm kmaren bru aq ambil dr service center. ni jg bru aq pkai lgi, jdix slma bbrapa hr ni, aq pake hape cdngan. No ms da di hape yang di service i2 ms. Jdi s-X lg ma2f klau aq g da kbar bbrpa hr ni. Aq jg g mau trima tlpn msk dri orng g knal”

Aku mendesah, lalu masuk pesan kedua, masih dari dia

“ms, aq syang km. ms maukah ms jd milik aq slamanya? Kita bs menikh ms, wlau di negara ni cinta qt tak bsa ber1, tp di ngra lain, qt msh bsa mjdi spasang suami istri. Aq ingn jdi istrimu ms. Lz…”

Hatiku hancur rasanya. Aku ingin berteriak untuk melukiskan isi hatiku. Inikah anugrah? Atau inikah musibah. Inikah sanjungan ataukah aku sudah sedemikian terkutuk dicintai orang seperti dia setulus hatinya?

Pesan ketiga masuk sepuluh menit kemudian,

“ms, koq g da blesan? Dah tdurkah? Ms q dah b-X-x skt hti ms. Lau ms g bs menerima aq, aq mungkn dah gk bs hdup lebh lma lgi…..

Aq syng kmu mas….”

Nadiku mendidih, otakku menegang. Mataku terpejam, tubuhku bergetar. Aku sama sekali tidak mengira akan seperti ini jadinya. Akankah aku menerima permintaanya? Cinta ini, perasaan ini, aku tau adalah cinta dan perasaan terlarang. Aku harus menerima kenyataan kalau akhirnya aku jadi sampah masyarakat bila aku menerima cintanya dan menjadikan dia istriku. Tapi sungguh, sungguh lelaki sepertinyalah yang aku maui. Ya, dia adalah lelaki terindah untuk lelaki tangguh sepertiku! Cinta ini terlarang karena aku, mencintai sorang lelaki. Rinduku terlarang karena aku merindukan kemesraan dari orang yang sejenis. 

Inikah kutukan ataukah ini anugrah? Inikah berkah ataukah ini kutukan? Haruskah aku terima dan berbahagia hanya bersamanya walau dunia dan Tuhan sekalipun adalah musuhku? Atau haruskah aku tolak cintanya dan rela melihat jenazahnya tak lama setelah ini? padahal dialah orang yang benar benar aku cintai dan aku rindukan selama ini? 

rinduku telarang, cintaku tak terestui, hidupku adalah buah simalakama yang sebenarnya…..



http://www.facebook.com/note.php?note_id=414398717434

8 komentar:

.
..
Buktikan kunjungan kamu ke blog ini dengan meninggalkan komentar sebagai jejak kunjungan.
..
.