Sabtu, 02 April 2011

Bus Setan Itu Membuat Kami Ingat Kepada Tuhan

Kadang, bahkan sering kali, apa yang di sampaikan oleh orang orang alim itu, seolah cuma angin yang berlalu buat aku. Tiap minggu di rumah rumah ibadah, terasa cuma seperti rutinitas yang membosankan. Ritual keagamaan yang kadang aku ikuti hanya seperti rutinitas ke sekolah saja. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang memebekas. Kematian, surga, neraka, Tuhan, firman, malaikat, menjelma terkadang seperti kata makan, mandi, tidur, yang ada setiap hari, di lakukan tiap hari, tanpa ada yang bisa membekas di hati.

Tapi hari itu, sebuah pelajaran berharga aku dapatkan dari seorang sopir bus lintas kota. Berawal dari terminal Tawang Alun di jember, aku bersama seorang temanku berangkat untuk sebuah interview di sebuah pabrik di kota Pasuruan tepat pukul 4 dini hari. Seharusnya, perjalanan dari Jember ke Pasuruan di tempuh setidaknya 4 jam perjalanan. Jadi, bila kami berangkat pukul 4, kira kira pukul 8 pagi kami sudah berada di tempat interview. Masih akan ada waktu kira kira satu jam sebelum interview di mulai pukul 9 buat kami untuk menyegarkan badan dan pikiran.

Tapi yang terjadi sungguh di luar perkiraan kami. Bus yang kami tumpangi rupanya adalah bus setan. Bagaimana tidak, perjalanan kami di pagi buta itu, cuma butuh waktu 2,5 jam untuk di selesaikan. Terbayang bagaimana ngawurnya bus yang kami tumpangi? Bus yang kami tumpangi pagi itu seperti bus yang sedang di kejar oleh kematian itu sendiri. Dengan kecepatan yang ‘diatas normal’ itu, terbayang bagaimana kengerian yang di timbulkan. Suara klakson bus yang selalu menderu sepanjang jalan, di tambah pekikan tertahan dari para penumpang bus, menjadikan pagi itu benar benar seperti pagi di ambang kematian tiap penumpang bus. Bus bahkan mampu membuat truk-truk besar yang berpapasan dengan bus kami di jalur pantura menepi ke bahu jalan paling kanan. Berkali kali kendaraan kendaraan dan orang orang di pinggir jalan hampir menjadi korban dari bus yang kami tumpangi.

Tapi di balik kengerian itu, ada sebuah hikmah yang bisa kami ambil. Ternyata, saat saat di mana kami benar benar berada di ambang kematian seperti itu, kami benar benar bisa mengingat akan kematian itu sendiri, ingat akan Tuhan yang Maha Berkehendak. Kematian yang selama ini selalu jauh dari ingatan kami, selalu jauh dari pikiran kami. Tapi di pagi yang menyerempet maut itu, tak terasa, secara reflek, kami masing masing berdoa untuk keselamatan kami. Tiba tiba saja kami ingat akan Tuhan, ingat bagaimana memanjatkan doa doa yang selama ini kami lupakan.

Aku benar benar bernafas lega begitu turun dari bus maut itu. Pukul 6.30 kami sudah berada di tempat interview. Walaupun akhirnya aku tidak diterima di pabrik itu, tapi satu pelajaran bisa kami ambil. Pelajaran bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, dengan apa saja, tanpa bisa kita ketahui sebelumnya. Juga pelajaran bahwa inspirasi itu bisa kita temukan di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja, asalkan kita bisa jeli melihat keadaan.

Mulai hari itu aku berjanji tidak akan pernah lagi naik bus yang sama. Tidak perduli siapa yang mengemudikannya. Aku pilih yang sedikit lambat, tapi bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.
..
Buktikan kunjungan kamu ke blog ini dengan meninggalkan komentar sebagai jejak kunjungan.
..
.