I-1 tersenyum saja saat membaca
dua posting pertama tentang dia yang aku posting di sini dan di sini. Bukan tentang
apa yang aku tuliskan tentang dia sebenarnya, tapi lebih pada komentar-komentar
yang menyertainya. Katanya, ternyata ada juga orang yang begitu antusias untuk
tahu tentang dia. Padahal, dia sendiri adalah orang yang tidak yakin kalau kisah
seperti itu pernah benar-benar terjadi. Apa lagi, dia sendiri yang
mengalaminya.
“Benar kan apa aku bilang, mereka
hanya akan menganggap semua ini kisah yang dibuat-buat. Gak ada yang akan
percaya kalau ini real, Rd,” selorohnya.
“Lalu?”
“Berhentilah…!”
“Sudah terlambat, I-1…”
***
Teriakan keras itu membangunkan
seisi sekolah. Derap langkah terdengar jelas diluar sana. Hanya butuh beberapa
menit sebelum sebuah suara keras yang memekakakkan telinga membahana
mengalahkan raungan i-1.
Pintu UKS terjelembab membuka. Beberapa
orang guru berdiri dengan bingung di ambang pintu. Mereka terpana dengan apa
yang sedang terjadi. I-1 sedang berguling dengan teriakan penuh kengerian di
lantai ruangan, sedangkan satu teriakan lain yang meningkahinya berasal dari
mulut siswi yang sejak tadi bersamanya di ruang UKS. Siswi itu rupanya
ketakutan melihat apa yang terjadi. Ketika kesadaran mulai menguasai mereka
kembali, seorang guru berhambur masuk memeluk siswi yang histeris itu dan membawanya keluar. Satu lagi
masuk untuk membopong I-1 dari lantai. Entah energi besar dari mana, guru yang
bertubuh besar itu tidak mampu mengangkat tubuh
I-1 yang kecil seorang diri.
“Bantu aku…!!” pintanya. Seorang guru
lelaki yang lain datang untuk membantunya. Mereka berdua membopong I-1 yang
masih saja dengan teriakannya yang menghentak itu.
“Ada apa?”
“Apa yang terjadi?”
“Sadar, sadar i-1, sadar…!”
Semua benar-benar kacau saat itu.
Banyak guru dan siswa lain yang berkerumun di luar ruang UKS yang sempit itu. I-1
masih sempat melihat beberapa teman sekelasnya yang sedang memandangnya dengan
wajah sedih penuh kebingungan dari kaca jendela UKS. Beberapa diantara mereka
bahkan menangis. I-1 tahu, dia sedang menghadapi saat-saat irasional, namun
sejuh ini dia masih belum kehilangan kesadaran. I-1 tahu apa yang terjadi, apa
yang dialakukan, dan apa yang sedang mereka kerjakan di sekililingnya. Hanya saja
dia tak punya jawaban untuk menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya. I-1
hanya tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri. Ada kekuatan lain di
sana, jauh di dalam dirinya. Dibagian mana? I-1 tak tahu.
Yang dia tahu hanya ada yang
sedang mencoba menguasainya, tanpa tahu itu baik atau tidak untuknya. I-1 hanya
ingin terus berteriak untuk mencapai kesembangan. Tubuhnya terus mengejang,
menerjang kesana kemari. Peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya. Ada energi
luar biasa yang dia rasakan masuk. Ada energi luar biasa yang di rasakan
keluar. Semua tak terjelaskan! Sementara itu tangan-tangan kekar para gurunya
mencengkram seluruh tubuhnya. Menahan semua gerakan kacau yang dia perbuat.
***
“Berapa lama kamu meraung?”
tanyaku.
I-1 tampak merenung mengenang
bagian tak terjelaskan dalam kisah hidupnya itu. Tak ada jawaban yang aku
dapatkan untuk beberapa saat. Dia tampak sedang sibuk dengan pikiran dan
kenangannya. Aku biarkan dia dengan dirinya sendiri. Mungkin saat inipun, dia
masih ingin mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi saat itu.
“I-1…”
I-1 mendesah. Sambil menggeser
posisi duduknya, dia memandangku dengan kenangan itu masih melekat pada
wajahnya. “Aku tak tahu,” jawabnya. “Tapi ketika semua berakhir, aku merasa
lelah sekali…”
bersambung…>
makin kesini semakin bingung...
BalasHapussiapa gerangan I-1 itu...
pasti ntar tahu juga siapa yang aku maksud. tenang saja... :)
Hapustenang dalam ketenangan apakah sama dengan ramai dalam keramaian?
BalasHapusataukah justru tenang dalam keramaian ataupun sebaliknya ramai dalam ketenangan | ku tak tau
sepertinya harus berfikir keras untuk menerjemahkan komentar yang satu ini...
HapusKalau aku... Semakin ingin tau kelanjutannya. Sampai sejauh mana aku tetap akan menganggapnya irasional atau rasional.
BalasHapusBuat l-1, biarkan sahabatku ini meneruskan kisahmu.
senyum buat bunda... :)
HapusKunjungan perdana nih sob. Saat saya blogwalking ke blognya Niar Ningrum, eh terdampar pula ke sini. Langsung saya Follow. Saya suka bagian khusus blog CERPEN nya hiehiehiee. Secara masih belajar buat cerpetn hiiheiihehie
BalasHapusselamat datang selamat berkunjung selamat baca artikel... :)
HapusOh halo aku Nova
BalasHapusSebenarnya aku sudah percaya peri itu ada sedari aku duduk di kelas 3 SD
Karna ada beberapa mimpi yg aku alami
Sekarang aku sdh 18 tahun dan belum sama sekali melihat peri secara langsung, tapi aku masih percaya akan hal itu
Suatu saat pasti aku akan menemui salah satu dri mereka
Atena teman ku