Banyak hal yang mungkin terjadi dalam dunia maya. Internet dengan berbagai media sosialnya memungkinkan kita untuk bertemu dengan beragam orang dari berbagai tempat. Sampai sekarang, jejaring sosial seperti Facebook telah berhasil pula mempertemukan mereka yang sudah lama sekali tidak bertemu, atau sebaliknya, menjadi sarana untuk terus terhubung antar mereka yang kemudian harus terpisah jarak dan waktu.
Aku juga adalah salah satu bagian yang dari mereka yang sering berinteraksi di dunia maya. Dunia maya mulanya mempertemukan aku dengan beberapa orang yang belum aku kenal sebelumnya. Kami saling berkenalan salah satunya adalah karena kami memiliki satu atau beberapa kesamaan. Beberapa karena alasan hobi, beberapa yang lain, karena kegilaan yang sama.
Diantara mereka ada yang kemudian aku kenal dan hilang hanya dalam hitungan hari. Ada yang aku kenal, mulanya biasa, kemudian bertemu dan menjadi teman baik. Teman baik yang sampai seperti saudara. Yah, walau sebagian lain juga harus kembali menghilang dengan berbagai alasan. Beberapa pergi dengan perlahan seperti angin yang berlalu, tapi sebagian yang lain pergi setelah sembilu tertikam. Well, semua bisa terjadi aku kira.
Diantara mereka itu, ada beberapa orang yang meninggalkan kesan mendalam dan menjadi bagian tak terpisahkan akhirnya dalam kehidupanku. Mereka sahabat baikku sekarang. Sahabat yang bahkan seperti saudara dalam perantauan. Walkers, kali ini aku ingin memperkenalkan mereka kepada kalian. Sahabat dunia maya yang kemudian menjadi sahabat baik di dunia nyata. Siapa saja mereka?
Bunda Lahfy
Siapa dia? Seorang ibu rumah tangga biasa yang doyan berlama lama di depan komputer. Berkaca mata besar dengan kerudung yang besar. Pertama kali bertemu dengan beliau, aku mengira ada tokoh si Nida yang menjadi icon majalah Annida menjelma dalam dunia nyata. Orangnya menyenangkan saat diajak ngobrol, sama ramainya dengan saat kami bercakap cakap lewat dunia maya.
Bunda Lahfy adalah seorang blogger juga. Tinggal di Jakarta Barat. Posting pada blognya selalu menjadi acuan bagi mereka yang mencari referensi untuk menjalani hidup, mendidik anak, sampai berbagi kisah romantis tentang mantan pacarnya yang sekarang menjadi suaminya.
Pertama kail bertemu, aku tidak menyangka kalau aku bisa mengenalinya dari jarak yang cukup jauh. Saat itu tengah hari sekitar jam makan siang. Aku sedang berdiri menanti jemputan bersama seorang teman kantorku di depan pos satpam kompleks. Di depan kami, berbaur kendaraan roda dua dan roda empat yang sedang menjemput anak anak yang baru pulang dari sekolahnya. Namun aneh bin ajaib, dari jarak sekian puluh meter, aku bisa mengenali sosok beliau diantara ratusan orang yang menyemut di depanku. Ternyata, walau kami selama ini hanya kenal lewat tulisan tanpa suara dan foto tanpa sapa, memori otakku sudah menyimpan sosoknya untuk ditandai sebagai orang yang patut di kenang dan dipatri sebagai seorang sahabat.
Insan Robbani
Kecelakaan yang aku alami pada 15 Oktober 2010 menyisakan satu bekas luka yang akhirnya menjadi cirikhas di kepalaku. Pada saat pertama kali aku bertemu dengan kang Insan, bekas luka itu masih terlihat begitu jelas, memanjang dari alis keatas sampai menghilang tertutup rambut hitamku.
Siang itu, aku baru saja keluar dari tempat cetak banner di daerah Ngagel Surabaya. Di tempat parkir yang berada tepat di depan percetakan itu, aku dicegat seseorang. Aku berfikir keras, siapa orang ini. Aku meresa tidak pernah mengenal dia.
“Ridwan ya?”
“Ya,” jawabku sambil berusaha mengingat dan mengenali siapa orang ini. “Siapa?” tanyaku lebih lanjut.
“Insan, Insan Rabbani…”
Aku gembira sekali siang itu disapa oleh seorang teman dari dunia maya. Hanya saja, yang membuat aku bingung, bagaimana dia begitu yakin kalau aku adalah Ridwan yang berteman dengannya di Facebook.
“Dari itu,” jawabnya sambil menunjuk kearah bekas luka di dahiku. Ah, bekas luka ini ternyata membawa berkah. Andai aku tidak memiliki ciri itu di kepalaku, munkin saat itu kang Insan akan ragu untuk menyapaku. Saat itu aku juga tidak mengenal kang Insan karena dia tidak pernah memajang foto dirinya di Facebook. Seingatku dulu, foto profilnya kebanyakan bergambar bunga. Cowok kok foto profilnya bunga. Jiagagagagagaga….
Kang Insan memang salah satu teman di dunia maya, tapi sekarang dia sudah menjadi sahabat yang selalu memberiku semangat, nasihat, masukan dan ide yang aku butuhkan.
Kang Insan adalah salah satu blogger juga. Blognya, Media Robbani, menjadi salah satu blog bertema religi yang aku suka. Kang Insan tak hanya piawai dalam menulis blog yang berbau islami. Kebanyakan mungkin blogger yang menulis blog dengan tema yang sama adalah hasil dari pemikiran dangkalnya sendiri berdasarkan hukum agama yang masih abu abu baginya. Kang Insan berbeda. Ilmu agamanya sangat mendalam. Itu yang aku kagumi dari dia. Dia menulis apayang dia pahami betul. Maka itu, seorang teman menyebutnya sebagai orang yang “menulis dengan hati.”
Terus berkarya ya kang. Wujudkan inpianku untuk bisa membaca buku yang pada sampulnya tertulis nama kang Insan sebagai penulisnya.
Estin Putri
Aku memanggilnya bunda walau usia kami terpaut hanya beberapa tahun saja. Wanita cantik yang tidak bisa diam. Awalnya aku mengenal dia lewat ‘grup orang orang aneh’ (bukan nama grup sebenarnya) di facebook. Lewat Facebook itulah kami sering ngobrol lewat media pesan pribadi. Dari saling berbalas komen dan status, sampai akhirnya bertukar nomor hp, dari sekedar sms sampai bertelepon ria. Aku masih ingat betul saat dia menghubungiku pertama kali lewat telepon. Sang bunda sedang berada diatas roda duanya di jalanan siang yang menyengat di jalanan Surabaya yang bising. Aku juga masih ingat apa yang ditawarkan saat itu. Nasi goreng! Salah satu makanan favoritku.
Pertama kali bertemu dengannya, dia mengaku kalau sosokku tidak seperti apa yang dia bayangkan selama ini. Dikiranya aku tinggi besar, tapi nyatanya…, beginilah aku apa adanya… (. Pertemuan pertama kami juga ditempat yang istimewa. Di kompleks makam dan masjid Sunan Ampel Surabaya. Pada kopdar pertama itu, ada aku, bunda Estin, Om Willy, teman Om Willy (aku lupa namanya), Leela, Niken dan Firman. Saat itu aku benar benar untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kompleks Sunan Ampel dan bertemu dengan mereka. Tak disangka, sampai sekarangpun hubungan kami tetap baik.
Bunda sudah seperti saudara sendiri bagiku. Aku sering curhat padanya kalau ada masalah. Usianya yang lebih dewasa, bisa memberiku masukan yang baik. Aku sering berkunjung ke rumahnya dengan berbagai alasan. Mulai dari sekedar berkunjung sampai untuk saling curhat tentang masalah masing masing. Pulang dari sana sering kali aku membawa makanan yang secara sengaja disediakan untukku. Ibu dan bapak dari bunda Estin juga memberikan perhatian yang lebih padaku. Pernah suatu ketika, aku diminta untuk menunggu beberapa lama dirumahnya hanya untuk menanti makanan yang beliau masak matang. Pulangnya, satu rantang lengkap beliau sodorkan padaku untuk disantap di tempat kos. Terharu sekali rasanya. Pernah juga suatu saat, bunda Estin datang sendiri ke rumah kontrakanku untuk memasak kerang untuk makan siangku. Dia bukan keluarga bagiku, tapi perhatian yang diberikannya, melampaui apa yang bisa diberikan seorang saudara sekalipun.
Terimakasih untuk semuanya salama ini. Ada Allah yang akan membalasnya.
Indra Capunx
Namanya unik. Bahkan saat pertama kali aku berkenalan dengannya di Facebook, namanya lebih unik lagi, malah aneh!
Temanku yang satu ini hobi sekali basket. Dulu, sering dia bawa bola basket ke tempatku bekerja. Maklumlah, studio tempatku bekerja terletak di depan sebuah taman yang dilengkapi dengan lapangan basket. Sampai akhirnya, bola basketnya ‘menetap’ di studio itu dan tak pernah kembali.
Indra adalah salah satu sabahabat baikku. Dari makan, jalan, sampai tidur kami pernah bersama (tolong hilangkan pikiran kotor itu, kami masih normal :D). Bahkan saat aku terluntang lantung tanpa pekerjaan di Surabaya, Indra dan keluarganyalah yang menyediakan tempat untukku bernaung. Aku di terima di sana layaknya keluarga sendiri. Mulai dari makan sampai tidur disediakan dengan gratis. Entah dengan apa aku bisa membalas semua kebaikannya.
Sampai sekarang, saat statusnya sudah berganti menjadi seorang ayah untuk bayi yang baru dilahirkan istrinya, persahabatan kami tetap kental. Aku masih sering berkunjung kerumahnya (kalau posisiku di Surabaya). Aku juga masih dianggapnya sebagai keluarga. Makan dan tidur di sana seperti sedang berada di rumah sendiri.
Ada sebaris doa yang selalu aku panjatkan. Berharap Allah akan memberikan kemudahan melebihi kemudahan yang pernah dia berikan padaku dan persahabatan ini akan langgeng selamanya.
Tak selamanya dunia maya membawa keburukan. Kalau kita pandai mengelolanya, banyak hal baik yang bisa kita dapatkan. Empat sahabatku itu adalah sebagian kecil contohnya. Sebenarnya bukan hanya mereka sahabat yang aku dapat dari dunia maya. Masih banyak yang lainnya lagi. Banyak lagi kisah yang bisa dibagikan sebenarnya, tapi biarlah menjadi kenanganku sendiri.
Bagaimana dengan kalian walkers, apakah kalian punya teman dari dunia maya yang menjadi teman dunia nyata seperti yang aku punya?
Pertemuan yang aneh ya kang..
BalasHapustapi anehnya kok aku jadi betah berteman denganmu
walau kalau ketemu pengen ngantemi
Makasih ya Om
walau kalau ketemu pengen ngantemi
Hapussadis wkwkwk
Yak opo pengen ngantemi mbarang. Emange samsak?
HapusMemang pertemuan kebetulan yang aneh sih. Aneh juga orangnya kalau mau ditemui mesti hampir tengah malam...:D
HapusBunda + kang Topek : begitulah kang insan. Jadi awas kalau ketemu dia...
wah aq ga masuk ceritaaaaaaaaaaaa
BalasHapusAbis mau ditemui kabur duluan.... :D
HapusEaaa... Itu foto ambil dari manaaaa?
BalasHapusPulang dari pasar radarku langsung bunyi. Rupanya disebut2 di sini.
Aku rame ya mas? Hihihi... Bawel kaliii...
Makasih buat persahabatannya, buat kolaborasi bukunya, buat telor asin brebesnya... Barakallah...
Diambil dari blog bunda lah...
HapusMakasih juga buat segalanya selama ini..
Yahhhh gak ada aku :D *emang siapa ya haha
BalasHapussemoga silaturahmi membawa berkah ya mas
amin...
Hapussalam kenal juga, makasih sudah berkunjung...
Jawan pertanyaan aja : temenku sesuai di foto juga donk :D
BalasHapusTrims Mas :)
ada foto kang Yayat juga di sana...
Hapusselalu menularkan ilmu yang bermanfaat buat yang ada...
ciyee om ridwan :3
BalasHapusntar kita ketemuan juga ya,hehee :D
insyallah, semoga semua bisa ketemu suatu saat... :)
Hapuswah ini semua dah pernah jumpa darat ya? subhanallah....
BalasHapuskami malah menikah mas ....
BalasHapusudah punya satu anak.doakan kami tetap langeng
tedigumelaran.blogspot.com dan etikush.blogspot.com ...