Sudah tengah malam ketika aku
menuliskan posting ini, walkers. Tengah malam begini aku masih terjaga, dan
memang harusnya aku terjaga. Pekerjaanku menuntut untuk bisa melek sepanjang
malam. Dulu, aku pernah mendengar selentingan pendapat yang sudah menjadi
kesepakatan umum. Seperti kesepakatan umum lain, yang mana seringnya mereka
sebut adat, sopan santun, melekat pada suatu masyarakat seperti melekatnya
kancing pada baju. Kemana harus dibawa dan dijaga oleh anggotanya. Kalau sampai
menanggalkannya, berbagai sanksi adat yang akan diterima si pembangkang.
Perkerja malam sering identik
dengan hal yang tabu. Penjaja tubuh di tengah malam bisa ditemukan dengan mudah
di berbagai kota di negeri ini. Kalau kalian pernah berkunjung ke Jakarta atau
Surabaya dan berkesempatan untuk berjalan jalan di malam hari, kalian akan
dengan mudah menemukan mereka yang menjajakan diri sepanjang malam pada tempat
tertentu. Mau tubuh pria atau wanita, kalian tinggal pilih. Mau bentuk yang
bagaimana, kalian bisa pesan. Atau lewat media komunikasi yang canggih zaman
ini, pilihan dapat kalian perluas.
Aku juga termasuk salah satu
pekerja malam itu. Setelah sebelumnya, aku berprofesi sebagai pria panggilan.
Pekerjaan malamku ini berbeda dengan apa yang kalian bayangkan sebelumnya mungkin.
Aku tidak menjajakan tubuh. Pastinya. Aku menawarkan jasa yang lain. Jasa
gendong menggendong.
Kalian yang butuh jasa untuk
menggendong mobil kalian yang mogok, bisa menghubungi aku. Dua puluh empat jam
sehari, tujuh hari seminggu perusahaan tempatku bekerja beroprasi. Jadi
hilangkan bayangan negatif tentang diriku tadi, dan mulailah berfikir waras
tentang diriku.
Seperti pekerjaan yang lain,
pekerjaan yang aku geluti sekarang ini juga punya bagian yang menyenangkan juga
bagian yang menyebalkan. Yah, hidup ini seimbang, walkers. Kalau kalian hanya
mau bagian senangnya saja, seperti mau gajian saja tanpa mau bekerja, itu
namanya bukan hidup. Kita hidup karena kita punya hal yang harus kita
selesaikan. Kita hidup karena kita punya masalah buruk yang harus kita nikmati
untuk menyadari keindahannya.
Kalau kalian bertanya apa dukanya
pekerjaanku ini, aku mungkin akan menjawab banyak. Oya,kalau kalian mau tahu
apa sebenarnya pekerjaanku sebelum aku bercerita lebih banyak lagi, bolehlah aku beri bocorannya sekarang. Aku
bekerja pada suatu perusahaan towing sebagai operator. Towing adalah kendaraan
pengangkut kendaraan lain. Kendaraan yang diangkut bisa dalam berbagai kondisi.
Baik mobil yang baru sampai mobil yang mengalami kecelakaan. Kebetulan,
perusahaan tempatku bekerja mengkhususkan diri pada singgle towing. Yang mana
maksudnya, satu kendaraan untuk menggendong satu kendaraan. Jenis towing yang
lain, adalah kendaraan yang mengangkut lebih dari satu kendaaran lain
diatasnya. Kalian yang tinggal di kota besar atau sepanjang pantura pasti
sering melihat kendaraan semacam ini modar mandir.
Selama di Jakarta aku bertugas
sebagai operator malam. Yang artinya, aku bertugas sebagai penerima order untuk
malam hari. Pelanggan yang membutuhkan jasa towing, akan menghubungiku melalui
nomor hotline yang tersedia. Jika terjadi kesepakatan, maka aku akan menugaskan
petugas lapangan (sopir, kernet dan satu unit mobil towing) untuk mengeksekusi
pesanan yang masuk.
Beberapa pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam profesiku ini diantaranya adalah aku harus bergadang nyaris
tiap malam. Tugasku mengharuskan aku mengabaikan peringatan yang dilontarkan
bang haji Roma Irama untuk tidak begadang bila tak ada perlunya (*** menyanyi
dimulai… ). Namanya juga operator malam, jadi tugasnya ya malam. Kalau siang?
Ya ganti oranglah, aku juga butuh istirahat bukan? <nyengir kuda>
Hal yang tidak menyenangkan yang
lain adalah bila kami mendapatkan pelanggan yang sedang kebingungan di tengah
jalan gara gara mobilnya mogok. Apalagi kalau itu seorang wanita. Bukan karena
kami tidak suka melayani wanita malam hari, dengan senang hati akan kami layani
(singkirkan pikiran kotor itu). Pelanggan yang sedang mogok mobilnya di jalan
tengah malam, biasanya ingin dibantu secepatnya. Hal ini tentu saja tidak bisa
dilakukan setiap saat. Ada berbagai hal yang bisa menghambat kami untuk bisa
membantu dalam hitungan waktu yang sesingkat seingatnya.
Kemacetan, apa lagi di Jakarta,
jalan yang rusak, cuaca yang tak bersahabat, dan jarak tempuh yang jauh bisa
menjadi alasan utama mengapa kami tidak bisa datang secepatnya. Kami memiliki
banyak armada, tapi tentu saja tidak sebanyak taksi yang menyebar dimana mana
dengan berbagai merk dagang (abaikan bila ini termasuk lebaynisasi). Pelanggan
yang tidak bisa kami bantu secepatnya biasanya akan terpancing emosinya. Hal
ini bisa aku pahami. Keadaan bingung dipinggir jalan, kecemasan akan status
kendaraan kesayangannya yang sedang tidak sehat bisa jadi pemicu yang paling
mendominasi. Kekesalan ini bisa jadi dilampiaskan pada kami yang tidak bisa
membantu sesuai harapan mereka. Terdengar tidak adil mungkin, tapi itulah
kenyataannya. Sebagai operator yang berhubungan langsung dengan pelanggan,
hanya kesabaran yang bisa jadi bentengnya.
Pergolakan hati lain yang dialami
operator malam adalah masalah profesionalisme dari kru malam yang sedang
bertugas. Ada kalanya pesanan towing sepi sejak sore, tapi tiba tiba banyak
permintaan lewat tengah malam. Bukan hanya sekali dua kali, ini sudah kejadian
yang wajar. Dalam keadaan seperti ini, kami biasanya sudah lelap tidur saat ada
panggilan lewat tengah malam ini. Sebagai lelaki panggilan yang setia pada
panggilan tugasnya, mau tidak mau kami harus bangun. Pelayanan terbaik untuk
pelanggan, dimanapun, kapanpun harus tetap menjadi yang utama.
Kadang ada rasa kasihan juga saat
membangunkan mereka bahkan sebelum ayam berkokok. Disaat tidur pulas dengan
wajahnya yang letih, aku harus membangunkan mereka. Sebagai sesama manusia, aku
mengerti saat saat seperti ini mereka tidak ingin di ganggu. Kenikmatan tidur
adalah salah satu hal yang tak ingin direnggut begitu saja. Tapi kembali lagi,
tugas mengharuskan kami begini.
Itu mungkin sebagian dari hal
yang kurang menyenangkan dalam tugas kami. masih banyak yang lain, mungkin
suatu saat kalau ada kesempatan lagi, bisa kita bahas lagi, walkers.
Seperti yang aku bilang tadi,
selain hal yang menyenangkan, ada yang hal hal yang membuat semua kekurang
nyamanan itu terbayarkan. Salah satu diantarnya, adalah kesempatan untuk
travelling. Perusahaan towing tempatku bekerja saat ini juga melayani
pengantaran mobil antar kota bahkan antar pulau. Disinilah jiwa petualangku
terpuaskan. Sering kali aku ditugaskan untuk mendampingi kru yang bertugas
keluar kota. Tugas keluar kota berarti perjalanan jauh.
Sebernarnya tergantung masih
masing pribadi menanggapinya bagaimana. Perjalanan yang kami lakukan bisa jadi
membosankan, bisa jadi menyenangkan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya..
perjalanan tugas luar kotaku tidak seperti kebanyakan tugas luar kota yang
dijalani kalian, walkers. Kalau kalian bisa menuju kota tujuan dengan bus,
pesawat terbang, kapal laut, atau kereta api, aku malah harus menempuhnya
menggunakan truk.
Perjalanan Jakarta – Surabaya bisa
memakan waktu sampai dua hari lamanya. Jakarta – bali bisa tiga sampai empat
hari. Lama ya? Hal ini karena truk tidak bisa bergerak secepat kendaraan
pribadi. Truk tidak dibuat seperti bus. Kalau bus, mesinnya dibuat untuk
menggerakkan kendaraan tersebut agar bisa bergerak secepat mungkin, sedangkan
truk dibuat untuk bisa mengangkut muatan sebanyak mungkin. Jelas bedanya. Satu untuk
kecepatan, satu untuk tenaga.
Hal menyenangkan lainnya adalah
saat kami melihat wajah puas dari para pelanggan kami. Wajah yang penuh sukur
karena apa yang kami perbuat dengan izin Yang Maha Kuasa. Rasa lelah karena
harus bekerja di jam tidur, rasanya terbayarkan sudah. Tak ada yang lebih aku
sukai daripada senyum tulus yang tersungging di bibir pelanggan kami. mungkin
memang sudah kodrat manusia untuk ikut bahagia melihat orang lain bahagia. Apa lagi,
itu karena perbuatan baiknya sendiri.
Aku sampai pernah berfikir, kalau
menurut Dia Yang Maha Adil upah yang kami dapatkan dalam pekerjaan ini masih
jauh dari seharusnya kami dapat, biarlah Yang Maha Kuasa yang menggantikannya
dengan pahala. Untuk itulah kami selalu berusaha ikhlas, bagaimanapun keadaan
mobil yang akan kami hadapi nanti.
Walkers. Sebenarnya hidup
itu indah. Tergantung bagaimana kita memaknainya saja.