Rabu, 06 April 2011

Joke of the day : Begini Jadinya Kalau Orang Madura Masuk ke Warung Orang Jawa

“ Entek” adalah salah satu kata yang di gunakan oleh orang orang yang berbahasa Madura sekaligus oleh orang orang yang berbahasa Jawa. Tapi, dalam penggunaannya, kata ini memiliki arti yang sama sekali berbeda.

Dalam bahasa Indonesia, arti ‘entek’ adalah
Madura = tunggu,
Jawa = habis.

Nah, pada suatu hari, ada seorang Madura yang sedang berkunjung ke pulau Jawa. Pada saat jam makan siang sudah hampir habis, dia masuk ke dalam sebuah warung milik orang  Jawa.

“ Nasek settong buk (Madura, artinya ‘nasi satu buk’)“ katanya, dalam keadaan kelaparan.

Tanpa menoleh, pemilik warung menjawab “ entek mas (jawa, entek=habis)” tapi si Madura mengartikan entek tadi dengan bahasanya sendiri (madura, entek= tunggu). Maka menunggulah si Madura diwarung itu sambil menahan rasa laparnya.

Tapi setelah beberapa lama si pemilik warung tidak juga kunjung memberinya sepiring nasi, si Madura berujar kembali “ Buk, nasek settong buk, dulien, la lapar rea (madura, artinya ‘buk, nasi satu buk, cepetan, sudah lapar nih’). Tapi sepertinya si Jawa pemilik warung tidak mengerti apa yang di katakan si Madura. Dia kemudian mendekati si Madura dan berkata “entek mas (jawa, entek=habis)”. Tapi lagi lagi si Madura mengartikan ‘entek’ itu dengan ‘tunggu’. Maka, dengan berusaha menyabarkan diri dan menahan rasa laparnya, si Madura kembali duduk dengan gelisah di tempatnya.

Kejadian ini berulang sampai beberapa kali. Si Madura berbicara dengan bahasa Maduranya untuk meminta si Jawa membawakan sepiring nasi untuknya, sedangkan si Jawa selalu menjawab dengan satu kata yang sama, “entek”.

Sampai akhirnya, kesabaran keduanya rupanya sudah habis. Mereka mulai mengumpat dengan bahsa masing masing, tapi lucunya, mereka berdua tidak mengerti bahwa lawan bicaranya sendang mengumpati dirinya. Untunglah, ada seorang yang masuk ke dalam warung itu tepat ketika mereka berdua sudah siap untuk saling jotos.

Setelah mengetahui duduk permasalahannya, akhirnya orang yang baru masuk itu tertawa terpingkal pingkal. Yang tentu saja hal itu membuat si Madura dan si Jawa terheran heran. Akhirnya, orang itu menjelaskan di mana letak kesalah pahaman mereka. Mendengar penjelasan itu, akhirnya kedua orang itu saling bersalaman meminta maaf seraya tertawa bersama sama. 

READ MORE - Joke of the day : Begini Jadinya Kalau Orang Madura Masuk ke Warung Orang Jawa

Minggu, 03 April 2011

joke of the day : ketika guruku di rumah sakit.....

Tulisan kali ini adalah pengalaman pribadi penulis sewaktu masih menjadi siswa SMU, sebuah kenangan lucu yang penulis alami sewaktu menjenguk seorang guru penulis yang sedang di rawat di rumah sakit. Untuk teman SMU penulis, semoga tulisan yang lucu ini bisa sedikit membuat kita terkenang lagi masa masa indah di sekolah dulu. Untuk teman teman yang sedang berkunjung ke blog ini, mari sejenak kita melepas lelah dan tersenyum setelah membaca tulisan ini.

***

Siang itu, aku dan beberapa orang teman sebagai perwakilan kelas berencana mengunjungi seorang guru kami yang sedang di rawat di rumah sakit. Beliau sudah beberapa hari di rawat disana akibat serangan penyakit tipus. Guru yang akan kami jenguk ini adalah seorang guru agama yang di senangi oleh murid muridnya. Dia pandai bergaul dan mengambil hati anak didiknya. Sudah beberapa orang teman kami yang mampu mengubah kebiasaan buruknya dengan bimbingan beliau.

Singkat cerita, dengan membawa beberapa bingkisan semacam roti dan buah buahan akhirnya sampai juga kami di ruang paviliun tempat guru kami itu di rawat. Keadaannya cukup membuat kami prihatin. Wajah guru kami yang selalu ceria itu, sekarang terlihat pucat, matanya tertutup rapat dengan rambutnya terlihat acak acakan.

“ Bapak sedang solat,” kata istrinya sewaktu tiba di ruang paviliun tempat beliau di rawat. Masyaallah, kagum benar aku pada guruku yang satu ini. Dalam keadaan yang sangat rawan begini, pikirannya masih di penuhi dengan keinginan besarnya untuk menghadapNYA. Semoga kami juga Engkau beri barokah seperti yang engkau berikan pada guru kami ini ya ALLAH….

Tidak berapa lama kemudian, beliau sudah selesai solat. Aku dan teman teman memberi salam kepada beliau. Beliau tampak terharu dengan kedatangan kami waktu itu. Beberapa wejangan beliau berikan pada kami dengan kata kata yang terbata bata. Kami manggut manggut saja mendengar semua wejangan yang disampaikan beliau.

Setelah beberapa saat, guru kami itu diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mulutnya komat kamit seperti orang yang sedang berdzikir.

“ Bapak menahan sakitnya dengan selalu berdzikir seperti itu,” kata istrinya menjelaskan. Hati kami ternyuh mendengar penjelasan istri guru kami itu. Beliau itu termasuk orang berilmu yang paham akan ilmunya dan mampu mengamalkan apa yang beliau tau.

“ Belum makan siang ya.” Kata beliau tiba tiba. Setelah diamnya yang cukup lama.

“ Sudah kok pak, tadi kami makan siang dulu sebelum berangkat ke sini” kataku cepat cepat menanggapi perkataan beliau.

“ Bukan, saya belum makan siang.” Katanya kemudian.

Doeeeeeennnnnngggggg………!!!!!

Wajahku langsung memerah mendengar lanjutan kalimat itu. Bersamaan dengan itu, beberapa temanku keluar dari dalam ruangan dengan memegangi perutnya. Sesampainya mereka di luar ruangan, aku mendengar mereka tertawa cekikikan tertahan.

Dasar! Pasti mereka sedang menertawakan aku……..
Duh, betapa malunya aku. Gini ini jadinya kalau jadi orang yang sok tanggap…….
TT



READ MORE - joke of the day : ketika guruku di rumah sakit.....

Sabtu, 02 April 2011

Bus Setan Itu Membuat Kami Ingat Kepada Tuhan

Kadang, bahkan sering kali, apa yang di sampaikan oleh orang orang alim itu, seolah cuma angin yang berlalu buat aku. Tiap minggu di rumah rumah ibadah, terasa cuma seperti rutinitas yang membosankan. Ritual keagamaan yang kadang aku ikuti hanya seperti rutinitas ke sekolah saja. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang memebekas. Kematian, surga, neraka, Tuhan, firman, malaikat, menjelma terkadang seperti kata makan, mandi, tidur, yang ada setiap hari, di lakukan tiap hari, tanpa ada yang bisa membekas di hati.

Tapi hari itu, sebuah pelajaran berharga aku dapatkan dari seorang sopir bus lintas kota. Berawal dari terminal Tawang Alun di jember, aku bersama seorang temanku berangkat untuk sebuah interview di sebuah pabrik di kota Pasuruan tepat pukul 4 dini hari. Seharusnya, perjalanan dari Jember ke Pasuruan di tempuh setidaknya 4 jam perjalanan. Jadi, bila kami berangkat pukul 4, kira kira pukul 8 pagi kami sudah berada di tempat interview. Masih akan ada waktu kira kira satu jam sebelum interview di mulai pukul 9 buat kami untuk menyegarkan badan dan pikiran.

Tapi yang terjadi sungguh di luar perkiraan kami. Bus yang kami tumpangi rupanya adalah bus setan. Bagaimana tidak, perjalanan kami di pagi buta itu, cuma butuh waktu 2,5 jam untuk di selesaikan. Terbayang bagaimana ngawurnya bus yang kami tumpangi? Bus yang kami tumpangi pagi itu seperti bus yang sedang di kejar oleh kematian itu sendiri. Dengan kecepatan yang ‘diatas normal’ itu, terbayang bagaimana kengerian yang di timbulkan. Suara klakson bus yang selalu menderu sepanjang jalan, di tambah pekikan tertahan dari para penumpang bus, menjadikan pagi itu benar benar seperti pagi di ambang kematian tiap penumpang bus. Bus bahkan mampu membuat truk-truk besar yang berpapasan dengan bus kami di jalur pantura menepi ke bahu jalan paling kanan. Berkali kali kendaraan kendaraan dan orang orang di pinggir jalan hampir menjadi korban dari bus yang kami tumpangi.

Tapi di balik kengerian itu, ada sebuah hikmah yang bisa kami ambil. Ternyata, saat saat di mana kami benar benar berada di ambang kematian seperti itu, kami benar benar bisa mengingat akan kematian itu sendiri, ingat akan Tuhan yang Maha Berkehendak. Kematian yang selama ini selalu jauh dari ingatan kami, selalu jauh dari pikiran kami. Tapi di pagi yang menyerempet maut itu, tak terasa, secara reflek, kami masing masing berdoa untuk keselamatan kami. Tiba tiba saja kami ingat akan Tuhan, ingat bagaimana memanjatkan doa doa yang selama ini kami lupakan.

Aku benar benar bernafas lega begitu turun dari bus maut itu. Pukul 6.30 kami sudah berada di tempat interview. Walaupun akhirnya aku tidak diterima di pabrik itu, tapi satu pelajaran bisa kami ambil. Pelajaran bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, dengan apa saja, tanpa bisa kita ketahui sebelumnya. Juga pelajaran bahwa inspirasi itu bisa kita temukan di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja, asalkan kita bisa jeli melihat keadaan.

Mulai hari itu aku berjanji tidak akan pernah lagi naik bus yang sama. Tidak perduli siapa yang mengemudikannya. Aku pilih yang sedikit lambat, tapi bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat.

READ MORE - Bus Setan Itu Membuat Kami Ingat Kepada Tuhan